PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Kesabaran warga di Jalan Ahmad Yani simpang empat Hastarini, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat sudah habis. Tanpa dikomando, warga dengan peralatan pemukul membubarkan paksa puluhan pembalap liar, Sabtu (26/11) pukul 00.00 WIB.
Warga sejatinya telah menahan diri sejak beberapa bulan terakhir dengan perilaku para remaja yang dianggap sudah meresahkan dan membahayakan keselamatan pengendara saat adu cepat di jalan lintas provinsi tersebut.
Tiap malam Minggu, puluhan kendaraan membuat keributan dengan suara knalpot yang nyaring saat mulai start. Lampu merah dijadikan aba-aba untuk mereka memulai adu cepat.
Salah seorang warga Kelurahan Baru, Indra Alfian, menuturkan, sejak pukul 22.30 WIB remaja belia itu sudah berkumpul untuk menyaksikan aksi pembalap liar.
Remaja yang datang tak hanya laki-laki, ada pula perempuan. Mereka berkumpul berkelompok di beberapa titik di sekitar simpang empat Hastarini.
”Ada yang berkumpul di Jaya Elektronik, Trio Motor, dan di Toko Sri Rejeki. Jumlahnya kalau dihitung banyak sekali,” ujarnya, Minggu (27/11).
Dia melanjutkan, mendekati dini hari, kumpulan remaja dan pelaku balapan semakin banyak. Suara knalpot yang memecah keheningan malam membuat warga terganggu. Tanpa dikomando, satu per satu warga keluar rumah. Sambil membawa kayu ulin, mereka membubarkan paksa para remaja itu.
Kedatangan warga membuat pembalap dan remaja yang bergerombol di sejumlah titik kocar-kacir. Bahkan ada yang berlari meninggalkan kendaraannya.
”Tidaklah sampai memukul. Kami hanya bermaksud membubarkan mereka dan siaga kalau ada perlawanan, karena jumlah mereka banyak sekali,” ujarnya.
Dia berharap dengan perlawanan warga, para pembalap liar berpikir kembali untuk menjadikan lokasi itu jadi tempat ajang balapan. Pasalnya, selain dekat dengan kawasan permukiman, jalur lalu lintas yang padat serta terdapat klinik, tentunya pasien yang dirawat memerlukan ketenangan.
Warga lainnya, Yudi, menambahkan, aktivitas remaja yang melakukan balapan sudah tidak bisa ditolerir lagi. Teguran dengan cara halus tidak digubris. Tindakan juga minim, karena mereka kucing-kucingan dengan aparat.