Halikinnor juga memberikan pemahaman kepada pegawai agar dapat memahami gaji pokok dan TPP yang diterima masing-masing pegawai.
“Ini harus dipahami, bahwa TPP itu penghargaan yang diberikan untuk pegawai atas kinerjanya. Jadi, jangan berharap TPP full terus. Kalau kinerjanya tidak tercapai, otomatis nilai TPP-nya pasti berkurang,” katanya.
Catatan Radar Sampit, persoalan pembayaran gaji yang terlambat sempat dikeluhkan sejumlah tenaga kontrak pada akhir 2023 lalu. Ketika itu, tak sedikit dari mereka harus meminjam uang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
”Sudah dua bulan kami tidak gajian. Tidak tahu juga apa kendalanya. Di grup WhatsApps kami, hampir semua dinas memang belum mendapatkan gaji dua bulan terakhir ini,” kata seorang tenaga kontrak yang meminta namanya tak disebutkan, 12 Desember 2023.
Dia awalnya berharap hak mereka dibayarkan bulan itu juga. Harapannya meleset dan terpaksa harus meminjam dengan bunga mencekik untuk menutupi kebutuhan anak sekolah dan biaya hidup.
”Per 3 Desember kemarin, saya pinjam ke koperasi dengan bunga 10 persen. Saya pinjam Rp1,5 juta, berharap pertengahan bulan ini bisa dibayarkan dan saya bisa bayar utang juga,” katanya.
Tekon lainnya, TA, mengeluhkan hal yang sama. Akibat gaji belum dibayar, angsuran motornya menunggak.
”Yang sebulan kemarin pinjam ke keluarga. Satu bulan ini yang menunggak. Kemarin sempat mengira awal bulan ini dibayar semua November dan Desember, ternyata sampai hari ini belum ada kabarnya,” kata dia.
Dia menuturkan, meski gaji yang diterima tak besar, hal itu bisa membantu suaminya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. ”Sekitar Rp2 jutaan saja, tapi itu bisa menutupi angsuran rumah dan motor. Setidaknya kalau untuk makan, suami yang mencukupinya,” ujarnya. (***/ign)
