Fendi menegaskan, mereka bukanlah kelompok preman sebagaimana dituding sejumlah pihak. Mereka ditugaskan secara khusus. Saat ini ada beberapa pihak yang berada di perwakilan Alpin Laurence, di antaranya Mambang Tubil dan Agi yang ditunjuk sebagai manajemen baru di kebun tersebut.
”Kami punya surat tugas dan kami ada melaporkan ke Polres Kotim mengenai keberadaan kami. Kenapa kami disangka preman? Sebelum masuk, kami sudah ada pemberitahuan,” kata Fendi.
Fendi mengaku tidak mengetahui alasan ketidakhadiran Alpin, Mambang Tubil, dan Agi. Namun, dirinya akan segera berkoordinasi terkait kesepakatan mengizinkan adanya aktivitas di perkebunan itu. ”Kami menghargai keputusan damang,” kata Fendi.
Dia mengungkapkan, keberadaan mereka ditugaskan untuk menjaga kebun tersebut dan memastikan tidak ada aktivitas di kebun yang sedang bermasalah.
Sementara itu, kuasa hukum Acen, Hilda Handayani mengatakan, berdasarkan keputusan pertemuan, operasional kebun dibuka. Belum ada keputusan yang membatalkan kepemilikan kebun tersebut selain keputusan yang menyatakan Acen sebagai pemilik yang sah.
”Kami sepakat agar jalan yang ditempuh ini harus melalui proses hukum adat,” ujarnya.
Menurutnya, jika masih ada pihak yang masih menghalangi operasional kebun, pihaknya akan menyeret kelompok itu ke ranah pidana.
”Pihak lain tidak bisa memaksa menghentikan pekerjaan atau mengambil buah selama belum ada keputusan mengenai kepemilikan lahan tersebut,” ujarnya.
Dia juga menyesalkan ketidakhadiran Alpin cs. Padahal, pertemuan itu sudah dijadwalkan jauh hari. ”Kami kecewa dengan ketidakhadiran beliau. Padahal, mereka sudah menghentikan operasional kebun, tapi seenaknya membuat surat tidak bisa hadir karena sedang ada perjalanan bisnis,” tandasnya. (ang/ign)