Saat bekerja di perusahaan sawit PT SINP, dia menghubungi admin Astagym untuk mendapat bimbingan latihan secara online. Namun, ternyata Astagym tidak menyediakan program latihan tersebut.
Berbekal uang seadanya, dia memutuskan pergi ke Bogor dan berlatih di Astagym. Akan tetapi, tidak semudah yang ia bayangkan. Setiba di sana, dia tidak langsung diterima.
Aminuddin harus menjalani proses tes mental dengan bertarung menghadapi para petarung yang berlatih di tempat tersebut. Lantaran belum menguasai teknik bertarung yang baik dan benar, dia selalu menelan kekalahan.
Aminuddin tidak kapok meski bibirnya pecah, bocor, dan berdarah-darah. Hal itu tak membuat semangatnya kendor. Bahkan, dia terus datang dan terus mencoba hingga akhirnya pelatih menerimanya lantaran melihat kegigihannya.
Namun, kendala keuangan harus ia hadapi. Agar bisa bertahan hidup, di sela latihannya ia menyempatkan berjualan donat keliling. Namun, karena lokasi berjualan dan tempatnya berlatih jauh, dia terpaksa melepas pekerjaannya itu.
Aminuddin kemudian mencoba menawarkan diri menjadi petugas bersih-bersih di tempatnya berlatih. Dia diterima sehingga mendapat fasilitas kamar dan bisa fokus berlatih.
Tiga tahun berlatih keras dan bisa menguasai berbagai teknik beladiri, Aminuddin mendapat kesempatan bertarung dengan atlet asal Riau. Namun, dewi fortuna belum berpihak padanya. Dia kalah dalam pertarungan tersebut.
Keberuntungan akhirnya menghampiri Aminuddin. Saat mendaftar sebagai petarung di One Pride 2021, pemuda itu dinyatakan lolos dan mendapat kesempatan bertarung di arena yang sesungguhnya.
”Akhirnya saya bisa memenangkan pertarungan dan ini berkat doa dari masyarakat di Kalteng,” ujarnya.
Setelah mendapat kemenangan perdana, Aminuddin saat ini sedang melakukan persiapan untuk pertarungan berikutnya. Dia memerlukan 4 – 5 pertarungan lagi untuk meraih sabuk kemenangan di kelasnya.
”Dari petarung di kelas saya, ada satu nama yang menjadi motivasi saya untuk mengalahkannya, yaitu Ade Permana,” pungkasnya. (***/ign)