Musibah yang terjadi tepat di bulan Ramadan itu tentu membuat keluarga sangat terpukul. Tidak ada firasat apa pun yang dirasakan keluarga. Hanya saja, setelah mendengar kabar kapal itu hilang kontak, Citra mengaku pernah mimpi kapal tersebut ditemukan.
”Tapi anehnya, beberapa hari lalu saya mimpi. Kapal itu ketemu, tapi kakak ipar saya tidak ada,” kata Citra.
Siang itu Citra mencoba menghubungi keponakannya. Panggilannya diterima oleh keponakan yang akrab disapa Rara. Hanya saja, saat itu Rara sedang ada keperluan pembuatan SKCK, sebagai salah satu syarat dirinya yang ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi soorang prajurit.
”Papahnya memang ingin Rara menjadi Taruni TNI. Makanya saat ini Rara lagi rajin berlatih, latihan fisik, seperti renang dan lainnya,” kata Citra.
Setelah menghubungi Rara, dia juga mencoba menghubungi Cica. Namun, saat itu Cica sedang repot. ”Nanti dulu,” ujar Cica di ujung telepon.
”Karena disana banyak yang datang juga, mungkin lagi ada tamu. Jadi repot,” ujar Citra.
Untuk mendoakan Munawir, keluarganya menggelar doa bersama dan istigosah di masjid dan panti asuhan untuk keselamatan Munawir. ”Kalau pengajiannya gak di rumah, kebetulan di samping rumah ada langgar Nurul Huda,” tuturnya.
Musibah yang dialami keluarganya dirasa Citra beruntun. Mulai dari rumahnya yang kebakaran, adik dan neneknya meninggal dunia, dan kehilangan sosok kakak ipar yang murah hati. Meski bukan di tahun yang sama, tetap saja menyisakan duka mendalam.
”Ini menjadi cobaan hidup di keluarga kami. Pasti ada hikmahnya. Kami berdoa saja,” kata Citra.
Selain istri dan anak pertamanya Rara, Munawir juga memiliki anak kedua bernama Cinta Aurelia Azahra yang masih kelas IV SD. Mereka kini tinggal di Jalan Keputih Utara No 94 A, Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. (***/ign)
