
Dalam tarian Utus Batang Petak, penggambaran bahwa kekuasaan, tahta, dan harta tidak abadi dan tidak membuat bahagia. Keserakahan justru membuat semuanya menjadi porak poranda. Sebagai Utus Batang Petak (ciptaan Tuhan yang paling mulia), diharuskan untuk mengamalkan ajaran Tuhan dan mampu mengendalikan pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Ketua Sanggar Riak Renteng Tingang dan Bellacoustic Indonesia Hadi Saputra alias Birong mengatakan, sangat bersyukur bisa tampil yang ketiga kalinya di Bali. Sebelumnya, Sanggar Riak Renteng Tingang dan Bellacoustic juga pernah perform di Bali pada tahun 2018 dan 2019.
Persiapan tampil di Bali tahun ini tidaklah panjang. Birong dan kawan-kawan hanya punya waktu dua pekan. Dia juga mendapat sejumlah permintaan dari panitia IPOC 2022 agar memberikan pertunjukan yang berbeda dari tahun 2018 dan 2019. Dengan waktu yang pendek, semua personel Sanggar Riak Renteng Tingang dan Bellacoustic langsung membuat konsep pertunjukkan dan latihan secara intensif.
Menurut Birong, ada sosok yang sangat berjasa di balik keberhasilan Sanggar RRT dan Belallacoustic tampil di Bali tahun 2018, 2019, dan 2022. Sosok tersebut ialah Enny Lukitaning Diah, pengusaha perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin Timur dan Seruyan. Meski Enny berdarah Jawa, namun perempuan nyentrik ini memiliki kepedulian besar terhadap seni budaya Dayak.
”Bu Enny ingin budaya Kalimantan dikenal tidak hanya warga Kalimantan, tapi juga warga Indonesia, bahkan dunia. Karena itu setiap ada event konferensi sawit yang dihadiri pengusaha dari puluhan negara, Bu Enny selalu mengajak kami untuk menampilkan kesenian daerah Kalimantan,” ujar Birong.
”Saya melihat Bu Enny sebagai sosok pengusaha sawit, tapi yang dipikirkan tidak melulu tentang sawit. Perhatiannya sangat besar terhadap pelestarian seni budaya,” ujar Birong.
Menurut Birong, banyak sanggar seni di Kalimantan Tengah yang memiliki kualitas bagus. Namun, eksistensi perlu dukungan dari berbagai pihak. ”Tidak mungkin semua sanggar dibina oleh Bu Enny. Banyak pengusaha besar di Kalteng ini yang bisa berperan seperti Bu Enny sehingga sanggar seni yang ada di Kalteng ini menggeliat,” ujar Birong.
Tokoh seni dan budaya Kalteng Kamelo Ida Lestari atau lebih dikenal dengan sebutan Mina Ida Riwut mengaku bangga bisa melihat kesenian Dayak tampil di event internasional. Dia salut dengan totalitas Sanggar Riak Renteng Tingang dan Bellacoustic dalam menghibur peserta IPOC dari berbagai negara.
”Luar biasa penampilan mereka. Begitu bagus, kompak, dan indah. Saya sampai menitikkan air mata karena saking haru dan bangga melihat kesenian daerah kita bisa memukau tamu dari banyak negara,” ujar putri keempat dari Tjilik Riwut ini.
Ida Riwut juga berterima kasih kepada Enny Lukitaning Diah yang bersedia mencurahkan hatinya untuk anak-anak muda agar selalu mencintai seni budaya daerah. Kepeduliannya patut dicontoh oleh pengusaha-pengusaha besar yang ada Kalteng ini.
”Sebuah anugerah bagi kita mempunyai sosok Bu Enny. Semoga beliau selalu sehat dan berkontribusi untuk kemajuan Kalteng,” ujar Ida Riwut.
Hadir dalam IPOC 2022 diantaranya Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Presiden Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Gubernur Kalimantan Timur, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, dan ribuan pengusaha dari 35 negara. Situasi geopolitik di Eropa menjadi bahasan pada hari pertama konferensi IPOC. Hadir sebagai pembicara pada sesi hari pertama antara lain Andri Hadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Belgia, Luxemburg, dan Uni Eropa, Prof Pietro Paganini dari John Cabot University Roma, dan Khor Yu Leng ekonom Singapura.
Pada sesi hari kedua IPOC, para pakar komoditas global seperti James Fry dari LMC International dan Thomas Mielke dari Oil World mengulas faktor-faktor yang akan mempengaruhi supply and demand dalam pasar minyak nabati dunia. Selain James Fry and Thomas Mielke, pakar komoditas yang juga akan menyampaikan analisisnya antara lain Nagaraj Meda dan Dorab Mistry.(yit)