PANGKALAN BUN – Bencana kekeringan menghantui sejumlah warga di Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat. Rendahnya curah hujan dalam beberapa pekan belakangan, berdampak pada sumber air, terutama dari sumur warga yang semakin menipis.
Hal tersebut membuat warga harus merogoh kocek untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari guna membeli air satu tangki penuh. Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya pasokan air dari PDAM lantaran sumber bahan baku air di Sungai Hijau tercemar limbah sawit perusahaan.
Warga Desa Pandu Senjaya, Sofiyul Umam mengatakan, dampak cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini membuat ketersediaan air di sumur, baik gali maupun bor sangat menipis.
”Selain beli satu tangki air bersih, ada juga yang numpang atau ambil air di sumur tetangga yang masih ada airnya. Apalagi saat ini PDAM juga tidak operasional,” katanya, Senin (5/6).
Menurutnya, meski hujan turun beberapa waktu lalu, air di dalam sumur tidak bertambah. Apalagi tidak ada hujan sama sekali, dipastikan air semakin tipis.
Camat Pangkalan Lada Robby Setiawan mengatakan, apabila musim kemarau tiba, sejumlah desa bakal mengalami kekeringan, yaitu Makarti Jaya, Pandu Sanjaya, dan Pangkalan Dewa. Namun, secara umum masih aman. Sebagian desa ada yang sudah masuk PDAM.
”Air sumur warga sudah mulai menipis, tetapi masih ada hujan di beberapa tempat. Semoga bisa kembali turun hujan,” katanya.
Meskipun nantinya kekeringan melanda wilayah setempat, pihaknya telah mengantisipasi dengan ketersediaan air di embung yang ada di beberapa desa. Embung itu ada di Pangkalan Dewa, Lada Mandala Jaya, Desa Purbasari, Sungai Rangit Jaya, dan satu sumber air tanah di Kadipi Atas.
Air akan didistribusikan menggunakan pikap atau truk tangki kepada warga yang membutuhkan.
”Untuk saat ini kami sarankan warga memasang air PDAM bagi desa yang sudah terjangkau. Antisipasi jangka panjang penyiapan kolam terpal atau tampungan air yang besar di masing-masing rumah tangga,” ujarnya. (tyo/ign)