Biaya operasional perawatan peralatan, gaji pegawai, pelayanan semua memerlukan biaya. ”Belum biaya operasional, menggaji pegawai sampai buang limbah. Itu pun kami pakai bayar lagi karena itu termask limbah berbahaya. Setiap kali buang limbah bisa Rp30 juta lebih. Jadi, tekornya dobel-dobel. Kalau kami gak menyediakan darah, nyawa manusia taruhannya. Saya enggak ikhlas, kalau sampai ada saudara kita di Kotim yang sampai kekurangan darah. Walaupun itu harus membuat kami rugi, pelayanan dalam menjamin ketersediaan darah tetap kami prioritaskan,” ujarnya.
Yuendri melanjutkan, tahun depan UDD PMI Kotim akan mempersiapkan penilaian akreditasi. Hal itu juga memerlukan biaya. ”UDD PMI se-Indonesia termasuk Kotim belum terakreditasi dan tahun depan wajib mempersiapkan diri mempersiapkan berkas dokumen dan persyaratan agar siap dilakukan penilaian akreditasi,” ujarnya. (hgn/ign)