Lima Kecamatan Merana Akibat Hujan Semalam

Dua Jembatan Putus dan Ratusan Rumah Kebanjiran

banjir
KEBANJIRAN: Banjir berdampak pada lima Kecamatan di Kotawaringin Barat di Kobar membuat lima kecamatan terdampak. Ratusan rumah terendam banjir salah satunya di Desa Sungai Hijau, Kecamatan Pangkalan Banteng dan menyebabkan dua jembatan putus.  (Slamet/Radar Pangkalan Bun)

Untuk Kecamatan Kotawaringin Lama Desa Kondang ada ratusan rumah yang terdampak banjir. Kemudian akses jalan lintas Pangkalanbun – Kotawaringin Lama KM 30. “Kondisi di lapangan untuk roda 2 menyeberang menggunakan perahu warga sekitar,” ujarnya.

Sementara Kecamatan Pangkalan Lada yang terdampak yakni di Desa Pandu Senjaya ada 3 RT yang terdampak banjir. Kemudian banjir juga menyebabkan jembatan penghubung antara RT 4 dan RT 22 putus.

Untuk Kecamatan Pangkalan Banteng ini yang terdampak di Sungai Hijau ada di dusun 1 ada 65 KK dengan jumlah  243 orang. Dusun II ada 1 KK dengan 4 orang. Desa Semanggang juga terdampak di sekitar Jembatan Aliong hingga menyebabkan kemacetan parah.

“Saat ini tengah dilakukan pekerjaan rehab dengan target 1 hari menggunakan plat aramco (buis baja) oleh PT. Korintiga dan akses jalur alternatif bagi pengguna jalan akan dialihkan sementara Desa Sungai Kuning – Sidomulyo dan Desa Kebun Agung – Desa Arga Mulya,” bebernya.

Belum Masuk Puncak Musim Hujan

Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang melanda Kabupaten Kotawaringin Barat ternyata bukan merupakan puncak musim hujan.

Baca Juga :  Terlilit Utang, Jadi Sebab Perantau Asal NTB Ini Nekat untuk Bunuh Diri

Kepala Stasiun Meteorologi Iskandar Kotawaringin Barat Aqil Ihsan mengatakan bahwa meski saat ini curah hujan tinggi, bukan berarti ini puncak musim hujan.

“Madden Julian Oscillation di kuadran tiga berkontribusi terhadap banyaknya jumlah curah hujan di wilayah kita. Ditambah lagi belokan angin dan konvergensi juga sering terjadi di wilayah kita sehingga pertumbuhan awan hujan cukup signifikan,” jelasnya.

Indeks Enso juga turut pengaruh pada cuaca ekstrem. Sehingga enso (la nina) masih signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini sebagai penyumbang curah hujan di wilayah Indonesia.

Kemudian cuaca ekstrem yang terjadi di Kobar ini berdasarkan hasil analisa anomali suhu permukaan laut di perairan Kalimantan Tengah bagian barat menunjukan adanya peningkatan suhu dibandingkan kondisi normalnya (1.0 – 2.0 Celcius).

Ditambah lagi, filter spasial Madden Julian Oscillation dan gelombang Kelvin terpantau aktif di lokasi kejadian serta adanya masa udara basah pada lapisan rendah hingga tinggi dengan nilai 70% – 90%. Kondisi ini dapat mendukung proses pertumbuhan awan konvektif di sekitar lokasi kejadian yang memicu peningkatan intensitas curah hujan.



Pos terkait