Terowongan Nur Mentaya jadi lokasi favorit baru warga Sampit untuk bersantai di akhir pekan. Akibatnya, jalur menuju lokasi itu dipadati warga. Macet parah tak terhindarkan.
YUNI PRATIWI-radarsampit.com, Sampit
Arus lalu lintas di Jalan Tjilik Riwut Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Sabtu (17/12) malam lalu tak seperti biasanya. Padatnya jalanan salah satunya disebabkan melonjaknya jumlah kendaraan yang menuju ke Terowongan Nur Mentaya Sampit.
Baik kendaraan roda dua maupun empat mendominasi kepadatan. Bahkan, macet parah sudah terjadi mulai dari perempatan Jalan Tidar, sehingga pengendara harus memperlambat laju kendaraan mereka. Satlantas Polres Kotim mengerahkan sejumlah personelnya untuk mengurai kemacetan.
Bahkan, ada warga yang meminta agar bundaran di perempatan Jalan Tidar tersebut dibongkar untuk mengurai kemacetan. Apalagi setelah pemerintah membangun Terowongan Nur Mentaya yang menjadi destinasi baru warga Sampit.
”Kalau menurut saya lebih baik bundarannya dibongkar. Apalagi sejak ada Terowongan Nur Mentaya, arus lalu lintas ramai, pasti setiap malam Minggu akan terjadi kemacetan di situ,” kata Irsad, warga Kecamatan Baamang.
Selepas perempatan Jalan Tidar, arus lalu lintas ramai lancar. Kemacetan kembali terjadi beberapa ratus meter sebelum perempatan Jalan Hasan Mansur atau perempatan Kompleks Wengga Metropolitan.
Melihat kemacetan yang terjadi di kawasan itu, Ami, warga yang berkunjung ke Terowongan Nur Mentaya mempertanyakan apakah memungkinkan jika di kawasan tersebut dibangun traffic light pengatur lalu lintas.
”Di sini sebelum ada Terowongan Nur Mentaya saja lalu lintas sudah ramai. Apa bisa diberi traffic light saja?” ujarnya.
Akhir pekan lalu memang banyak warga yang menghabiskan malam minggunya di Terowongan Nur Mentaya. Kendaraan roda empat maupun roda dua banyak yang parkir di sepanjang jalan, mulai dari perempatan Jalan Hasan Mansur hingga dekat pom bensin bundaran Adipura.
Hadirnya Terowongan Nur Mentaya seolah membangkitkan gairah perekonomian masyarakat Kotim. Begitu pula dengan para pedagang, baik asongan, maupun angkringan yang berjualan di kawasan tersebut, yang turut diuntungkan dengan dibangunnya ikon baru Kotim itu.