Dari 70 orang anggota, Samudin Aman selaku komandan pasukan memilih 28 orang yang diberangkatkan dan dibagi menjadi tiga regu. Mereka berangkat dari Desa Tewah tanggal 20 Agustus 1949 dan sudah berada di tepi Danau Mare, Desa Samba Bakumpai Kecamatan Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, tanggal 24 Agustus 1949.
“Dalam perjalanannya, pasukan disusul oleh Minun Dehen, seorang pemuda dari Sungai Dahuyan dekat Desa Tumbang Talaken yang tidak terpilih menjadi pasukan GRRI. Dia tiba-tiba bergabung dengan regu yang dipimpin oleh Kapten II Muller. Oleh karena tidak memiliki senjata, Minun Dehen diberi tiga granat rakitan,” beber Yobie Sandra.
Ketika pertempuran terjadi, Minun Dehen memilih naik sebatang pohon Karahuang yang tumbuh di pinggir Danau Mare. Saat perahu KNIL menepi, Minun Dehen melempar satu granat rakitan, tapi luput dari sasaran. Lalu pasukan KNIL secara bertubi-tubi menembak Minun Dehen sampai terjatuh dari pohon.
Dalam penghadangan itu, pertempuran dimenangkan Indonesia dengan korban jiwa satu orang yakni Minun Dehen. Di pihak lawan korban tewas sebanyak 12 orang. KNIL akhirnya membatalkan niat menyerbu Dayak Besar di Desa Tumbang Jalemu.
Untuk menghormati Minun Dehen, masyarakat Kota Tumbang Samba yang terdiri dari Desa Samba Danum, Samba Kahayan, Samba Katung, dan Samba Bakumpai mengadakan upacara tiwah pada tanggal 17 Agustus 1952. Warga juga mendirikan sandung di Kota Tumbang Samba. (sos/yit)