SAMPIT, radarsampit.com – Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit menjadi salah satu urat nadi perekonomian rakyat di Kabupaten Kotawaringin Timur. Namun, fasilitas di kawasan itu seolah dibiarkan rusak dan seadanya tanpa memberikan kenyamanan pada pedagang dan masyarakat.
Saat kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke PPM 26 Juni lalu, kawasan itu sempat dibenahi sedemikian rupa. Namun, setelah itu kembali seperti semula. Lebih dua pekan berlalu, selasar jalan keluar masuk, tepatnya di depan arah masuk Pasar Ikan Mentaya (PPM) yang tadinya bersih disikat, kembali minim perawatan.
”Hari itu saja terlihat disikat bersih saat datang Presiden Pak Jokowi. Ya, bersih-bersih palsu kalau saya menyebutnya. Kami pedagang berharap rutin dibersihkan. Kalau dibersihkan setiap hari, pedagang yang setiap hari berjualan di sini juga senang melihatnya,” kata Mila, pedagang PPM, Kamis (11/7/2024).
Mengenai persoalan tumpukan sampah yang berada di seberang kiosnya, dia mengaku tak begitu mempermasalahkan. ”Kalau sampah dalam kontainer itu tiap hari rutin saja diangkut. Namanya sampah baunya pasti kesana-kemari. Letaknya juga di samping pasar ikan, tambahlah berbau. Sudah biasa, asalkan tidak berserakan,” katanya.
Seingatnya, selama lima tahun, selasar PPM sudah jarang disikat dan dibersihkan. ”Kios saya ini kan berhadapan dengan pasar ikan, pinggir jalan. Jadi, risikonya selasar cepat kotor. Kalau dulu, rutin disikat dan disiram, sekarang kami pedagang yang punya kios saja yang inisiatif membersihkan,” katanya.
Di antara banyaknya uneg-uneg yang dihadapi pedagang, hanya ada dua usulan pedagang yang berharap bisa diseriusi Pemkab Kotim, yaitu perbaikan jalan keluar masuk PPM dan penataan serta penyediaan lahan parkir yang memadai.
”Jalan keluar masuk PPM ini kapan ya bisa diaspal? Jalannya sudah banyak bolong-bolong. Kalau hujan seperti bisa dilihat sendiri. Air menggenang. Kasihan pembeli yang mau belanja, sudah bayar parkir, masuk juga malas lihat jalannya seperti ini,” ujarnya.
Kondisi jalan PPM di depan Pasar Ikan Mentaya tidak hanya rusak dan basah, tetapi juga berbau amis, karena setiap malam aktivitas bongkar muat ikan dan jual beli ikan dilakukan di atas jalan. Saat pedagang ikan bubar, aroma amis masih melekat di jalan.