”Kami sudah berhasil mengungkap puluhan kilogram. Itu yang kelihatan. Bisa saja yang tidak kelihatan lebih dari itu,” tegasnya.
Nono menambahkan, peredaran sabu sebagian diduga merupakan jaringan Lapas. Apalagi di Kotim paling banyak napi narkotika ditahan. Bisa saja jaringannya masih bergerak di luar dan dikendalikan dari dalam.
Kian merajalelanya peredaran narkoba di Kotim sebelumnya diungkap warga. Barang haram itu tak hanya beredar di perkotaan, namun sampai pedalaman. Terutama menyasar kalangan buruh yang bekerja di sektor perkebunan hingga pertambangan ilegal. Pekerja mengalami ketergantungan dengan obat terlarang tersebut. Peredaran ini berlangsung dalam kurun beberapa tahun terakhir.
”Di pelosok sudah memprihatinkan sekali peredaran narkotika, yang jadi korban adalah anak-anak muda, sampai ke pekerja perkebunan,” kata Parjoe, warga Kecamatan Bukit Santuai.
Menurutnya, perang terhadap peredaran narkoba selama ini tidak lantas membuat peredaran terhenti. Sebaliknya, kian menjadi-jadi, khususnya di pelosok. ”Ini yang jadi keprihatinan kita bersama untuk daerah ini,” ujarnya.
Dia menemukan anak sekolah pun sebagian turut mengonsumsi barang haram itu. Para orang tua dan tokoh di pelosok semakin resah dengan peredaran tersebut. Padahal, aparat sudah gencar melakukan penangkapan. (daq/ign)