Penderita Thalesemia Kotim Perlu Rumah Singgah, Tunggu Janji Pemerintah

THALASEMIA
BERDOA BERSAMA: Peringati Hari Thalesemia Sedunia, Ketua POPTI Kotim bersama dokter, perawat, orang tua pasien, dan pasien Thalesemia yang sedang menjalani transfusi darah ikut berdoa bersama di Klinik Thalesemia Lantai 4 RSUD dr Murjani Sampit, Selasa (10/5). (HENY/RADAR SAMPIT)

Renny mengatakan akan terus berupaya membantu pasien thalesemia meskipun dengan keterbatasan kemampuan biaya.  “Saya terketuk hati ingin membantu, karena pasien yang sudah didiagnosa mengidap penyakit thalesemia harus menyandang hidup seumur hidup menjalani transfusi darah, ada yang 2 minggu sekali, 3 minggu sekali dan ada yang sebulan sekali,” ucap Renny.

Sebagai orang tua, dia merasa kebahagiaan hidupnya adalah ketika melihat anaknya tumbuh sehat dan hidup layaknya manusia normal. Dia rela harus berburu darah demi memperjuangkan hidup sang buah hati.

Bacaan Lainnya

Atas dasar itupula, Renny didampingi suaminya, Yohanes mau dengan ikhlas mendedikasikan waktu, tenaga dan hidupnya untuk membantu para pasien yang mengalami nasib yang serupa. Mereka tak pernah mendapatkan imbalan, semua itu dilakukan atas dasar rasa iba dan perihatin.

Baca Juga :  Air Ledeng Kotor, Warga Nyai Enat Mengeluh ke Dewan

“Bagi kami, kekayaan terbesar dalam hidup itu adalah kesehatan. Bukan uang, bukan harta. Kalau saya diberi pilihan, dikasih uang sekantong atau dikasih darah sekantong, saya lebih pilih darah. Karena, enggak ada darah, enggak bisa hidup. Ujian hidup kami yang merubah diri kami, bukan untuk mengejar kekayaan, tetapi memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan,” katanya.

Pada momen peringatan Hari Thalesemia Sedunia, Renny juga menyampaikan bahwa pihaknya telah mengusulkan kepada Pemkab Kotim untuk membantu meringankan biaya transportasi pasien thalesemia dengan menyediakan layanan antar jemput ambulance di setiap puskesmas. Serta penyediaan rumah singgah untuk pasien thalesemia khususnya yang tinggal jauh dari Kota Sampit.

“Beberapa bulan lalu kami telah melakukan audiensi bertemu dengan Pak Bupati mengusulkan agar dibantu menyediakan rumah singgah, karena jujur saja kalau saya dan suami hanya mampu menyediakan satu unit rumah singgah berkapasitas tiga pasien yang masih kami sewa. Kami tidak tahu sampai mana batas kemampuan kami. Kami hanya berharap pemerintah mampu menyediakan rumah singgah untuk pasien Thalesemia di Kotim,” katanya.



Pos terkait