Pengusaha Angkutan Material Misnaji mengatakan sejak ditertibkannya usaha galian C oleh jajaran aparat kepolisian, ribuan unit truk di Kotim terpaksa menghentikan aktivitas usaha galian C.
“Sudah 25 hari ini ribuan sopir truk menganggur enggak bisa kerja. Semua sopir dari Bangkal, Pelantaran, Samuda, Parenggean dan Sampit enggak bisa kerja,” kata Misnaji yang tergabung sebagai Anggota Gas Matic Gabungan Sopir Material Kalimantan ini.
Selama menganggur, para sopir tak melakukan aktivitas pekerjaan lain, karena kebanyakan dari mereka hanya mengandalkan pekerjaan tersebut sebagai satu-satunya mata pencaharian memenuhi tuntutan kehidupan.
“Selama enggak kerja ini ya nongkrong saja kerjaannya. Imbasnya ini yang dikhawatirkan bayar kredit rumah macet, bayar mobil macet, biaya anak sekolah menunggak,” katanya.
“Hutang di warung kopi saja sudah Rp 100 ribu belum terbayar,” sahut Safari, Pengusaha Galian C.
Tak hanya itu, terhentinya aktivitas galian C berdampak terhadap penjualan harga pasir. Jika dalam kondisi normal pasaran ke pelanggan untuk pasir putih dijual dikisaran Rp 600-700 ribu per rit, kini sudah mengalami kenaikan menjadi Rp 1-1,2 juta per rit.
“Sopir ngeluh, pelanggan ngeluh. Sekarang harga per kubiknya saja sudah Rp 150 ribu ngambil ke lokasi. 1 rit bisa masuk 5-6 kubik, tinggal kalikan saja. Biasanya pasir Bangkal pasarannya Rp 600-700 ribu diantar ke rumah pelanggan, sekarang naik Rp 1-1,2 juta per rit,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Persop Kotim Malik melalui Anggotanya Sumarno menuturkan persoalan ini dikhawatirkan berdampak terhadap lambatnya pembangunan di Kotim.
“Tidak hanya pembangunan yang terhambat, masyarakat kelaparan kehilangan mata pencaharian,” kata Sumarno.
Keresahan itu begitu nampak dari raut wajah Marno, dirinya tak ingin persoalan ini tak selesai.
“Saya berharap kedepannya tidak ingin persoalan seperti ini terulang lagi. Kalau bisa minggu edpan Pemda bisa memberikan rekomendasi untuk dua pengusaha galianc agar bisa tetap bekerja. Kalau sampai 10 hari lagi enggak kerja, rumah saya sudah gelap gulita, enggak sanggup bayar pulsa listrik,” kata Marno.