Elisnedi mendukung upaya kepolisian mengamankan wilayah tersebut dari konflik. Dia memang mendengar kerap mendengar nyaris terjadi gesekan dan benturan fisik di lapangan. Namun, anehnya justru banyak pihak luar yang ikut masuk dan saling bertikai di wilayah desanya itu.
”Warga kami jangan ikut-ikutan. Silakan merek selesaikan. Siapa pun yang menang di pengadilan nanti, itu yang kami dukung,” ujarnya.
Catatan Radar Sampit, konflik tersebut merupakan ”perang” saudara. Hok Kim merupakan adik sepupu Alpin Laurence. Harta berupa perkebunan kelapa sawit seluas 700 hektare merusak hubungan kekerabatan tersebut.
Konflik berawal dari penggarapan kebun sawit yang lahannya dibeli dari dua kelompok tani di Desa Pelantaran. Menurut versi Alpin Laurence, empat pemodal, yakni Yansen, Sujatmiko, dan Wahyu Daeny (eks Kapolda Sumatera Barat) sepakat membangun kebun sawit. Mereka membebaskan lahan itu tahun 2007. Hok Kim ketika itu berperan sebagai tangan kanan untuk mengelolanya.
Penjelasan Alpin dibantah Hok Kim. Menurutnya, modal yang telah dikeluarkan Alpin cs telah dibayarkan olehnya beserta keuntungan. Nominal yang dia setor sudah mencapai puluhan miliar rupiah.
Konflik dua kubu terus memanas hingga sempat terjadi upaya saling menduduki lahan. Keduanya memiliki massa yang sama-sama banyak. Informasinya, sebagian besar massa sengaja didatangkan dari luar daerah. (ang/ign)