Publik Tunggu Penantang Serius untuk Hadapi Petahana di Pilkada Kotim

halikinnor - irawati
RESMI BERLANJUT: Pasangan petahana Pilkada Kotim Halikinnor-Irawati saat mendaftar ke DPC PDIP Kotim, Kamis (9/5/2024).

Bencana itu melanda meski sebelumnya Pemkab Kotim telah berupaya melakukan pencegahan dengan mengeruk drainase dan sungai kecil.

Sementara itu, kepastian majunya petahana akan membuat peta politik semakin terpusat pada pasangan tersebut. Bakal calon penantang yang muncul sejauh ini, dinilai belum terlihat keseriusannya untuk meruntuhkan dominasi pasangan Harati.

Bacaan Lainnya

Sejumlah nama yang masuk bursa dan telah mendaftar, di antaranya Jhon Krisli, Muhammad Rudini, Aswin Nur (mantan Kades Ujung Pandaran), Sidi Nur Ikhsan (Eks Direktur BUMD Kotim), dan Habib Ahmad Al Habsyi.

Dari sejumlah nama itu, Jhon Krisli dan Rudini sempat disebut-sebut sebagai kandidat terkuat calon penantang sebelum bergulirnya pemilu legislatif. Pengalaman politik keduanya yang mumpuni dengan basis massa militan, dinilai sebagai modal untuk menggerus suara incumbent.

Hanya saja, pembuktian keduanya saat berlaga di arena pemilihan umum legislatif masih jauh panggang dari api. Keduanya gagal mendulang suara untuk duduk di DPRD Kotim dan kalah bersaing dengan sejumlah politikus baru.

Baca Juga :  Persaingan Halikinnor-Sanidin Makin Panas, Adu Kuat Berebut Rekomendasi Gerindra

Pada pileg lalu, Rudini yang bertarung di Dapil 1 hanya meraih 956 suara, sementara Jhon Krisli di Dapil 4 meraih 962 suara. Minimnya suara dua tokoh politik itu membuat kans keduanya untuk menumbangkan petahana bakal sulit.

Tokoh politik di Kotim, Supriadi, sebelumnya mengatakan, fenomena politik Kotim terkesan minim kandidat. Pasalnya, partai kurang melakukan penyerapan dan pengkaderan, sehingga tidak menutup kemungkinan petahana bisa melawan kotak kosong.

Menurut Supriadi, sosok yang akan maju sebagai penantang petahana Halikinnor-Irawati dalam Pilkada Kotim perlu modal besar. Biaya politik yang dikeluarkan bisa mencapai Rp20 miliar lebih. Tanpa finansial mumpuni, penantang bakal gampang tumbang.

”Pada intinya memang harus ada duitnya untuk maju, karena logistik untuk perang di pilkada memerlukan itu semua. Jadi, kalau urusan program dan lain sebagainya bisa disusun kemudian,” katanya, 22 Maret lalu.

Menurut Supriadi, minimal perlu anggaran Rp20-30 miliar untuk bisa bertarung merebut kursi orang nomor satu di Kotim. Apalagi jika berhadapan dengan petahana, harus memiliki kekuatan berlipat ganda.



Pos terkait