Seluruh rumah menjadi arang, terkecuali masjid Al-Aqsa yang dibiarkan Belanda. Setelah membumihanguskan kampung Sukamara, sorenya pasukan NICA meninggalkan Sukamara dan membawa penghulu bernama H Bakri ke arah Kuala Jelai.
Dalam perjalanan menuju Kuala Jelai, pihak Belanda sempat singgah di Kepala Pulau Panjang untuk menguburkan salah satu korban dari pihak mereka, yakni Letnan Rode Kruis.
Gerakan dan serangan pasukan Belanda ke Sukamara itu memantik simpati dan solidaritas perjuangan Tentara Republik di Pangkalan Bun, Kuala Jelai, Teluk Bogam, dan wilayah lainnya.
Sejak Januari 1946, terjadi pergerakan dan konsolidasi pasukan ke wilayah Sukamara. Gerakan mempersiapkan diri yang lebih baik dari pasukan RI itu dikendalikan Gubernur Kalimantan Tengah saat itu, Mohammad Noor. Gerakan tersebut dikenal dengan nama sandi Ekspedisi MN 1001. (bersambung/gus)