PARTAI final cabor sepak bola Porprov Kalteng XII, Jumat sore (5/8) membuat banyak pihak kecewa. Tidak hanya kedua tim, Kotim dan Sukamara, tapi juga ribuan suporter tuan rumah yang sedari siang sudah memadati Stadion 29 November Sampit.
Saya pun ikut merasakan kekecewaan akibat partai puncak yang gagal digelar. Siapapun yang saat itu hadir langsung ataupun menyaksikan lewat live streaming sangatlah wajar kecewa. Sudah banyak pengorbanan yang dilakukan terutama tim sepak bola Kabupaten Kotim. Persiapan panjang dengan fasilitas yang kurang refrestatif–stadion masih dalam tahap perbaikan– tidak mengendorkan semangat pesepak bola Kotim. Tujuannya cuma satu. Kotim bisa menjadi juara di ajang Porprov!
Saat semangat itu meninggi, tidak hanya pemain dan warga Kabupaten Kotim, partai final yang mempertemukan Kotim dan Sukamara gagal digelar. Pemicunya akibat aksi protes dari tim Palangka Raya dan Sukamara. Panitia dalam hal ini Askab PSSI harusnya bersikap tegas dengan mengembalikan kepada aturan PSSI. Pertandingan final antara Kotim melawan Sukamara seharusnya tetap dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan.
Masalah protes harusnya dibahas dalam rapat tim Askab setelah semua pertandingan final selesai. Dan jika terbukti maka kemenangan bisa dianulir dengan adanya SK Askab hasil rapat dan disampaikan dengan jumpa pers. Protes diselesaikan di meja rapat bukan di lapangan hijau, jika tidak puas dengan hasil keputusan protes maka masih ada jalan banding.
Artinya jangan mengorbankan jadwal pertandingan final yang ditunggu-tunggu olah masyarakat Kotim yang berujung kekecewaan yang dalam, terutama bagi sporter yang sudah siap dengan berbagai tabuhan dan atribut, bahkan ada anggapan bahwa ini salah satu indikasi ingin menggagalkan kesuksesan pelaksanaan Porprov XII Kalteng yang tuan rumahnya Kotim, karena kita ketahui juara umum tanpa sepakbola terasa belum juara karena sepakbola olahraga yang sangat dipopuleri oleh semua kalangan.
Permasalahan ada pada tim Palangka Raya versus Sukamara sedangkan Kotim kena imbasnya. Kalau mau fair play seharusnya dari awal Porprov jangan saat partai final. Dan yang perlu digaris bawahi adalah adanya indikasi menggagalkan penyelenggaraan Porprov XII Kalteng di Kotim. Kasus ini juga menjadi pelajaran kedepan bagi seluruh tim Kalteng demi kemajuan olahraga di Bumi Tambun Bungai. (@ancah95, Penggiat Sepak Bola)