Tegaskan Kekayaan Haji Asang Bukan dari Korupsi, tapi Hasil Keringat Perjuangan

Kisah Penyimpangan Proyek Jalan di Pedalaman Katingan (13)

Tegaskan Kekayaan Haji Asang Bukan dari Korupsi
HASIL PERJUANGAN: Rumah Haji Asang Triasha di Tumbang Sanamang, Kecamatan Katingan Hulu. (GUNAWAN/RADAR SAMPIT)

Lisnawati juga berang ketika ada pihak yang menuduh suaminya kaya dari korupsi. Padahal, harta yang diraih dirinya bersama Asang hingga bisa seperti sekarang, murni dari kerja keras dan keringat perjuangan.

Bersama suaminya, Lisnawati mengaku sudah pernah menggeluti berbagai profesi sebelum memiliki harta melimpah. ”Dulu bahkan pernah mencari besi tua yang dikumpulkan, lalu dijual. Pernah juga mencoba usaha rotan,” tuturnya.

Bacaan Lainnya

Lisnawati mengaku sudah sekitar dua puluh tahun menetap di Tumbang Sanamang. Sebelum menikah dengannya, Asang pernah menjadi guru bahasa Inggris di SMP/SMA Muhamadiyah Tumbang Samba, Kecamatan Katingan Tengah.

Saat memulai usaha, mereka mendapatkan pinjaman Rp 10 juta untuk modal membeli besi tua. Sekian lama menjalani bisnis besi, mereka melirik peluang usaha lain; karet. Saat itu harga komoditas tersebut masih cukup tinggi. Insting bisnis Asang dan istrinya tak meleset. Keduanya meraup untung besar dari usaha itu.

Baca Juga :  KPK Pecat 66 Pegawainya yang Terbukti Lakukan Pungli di Rutan

”Kami beli karet dari masyarakat dan dikumpulkan. Pernah waktu itu mencapai 500-an ton, langsung dibawa ke Tumbang Samba,” ujar Lisnawati.

Sukses jadi pengepul karet, Asang dan Lisnawati memulai usaha dagang, di antaranya minyak jenis solar. Solar sangat diperlukan di wilayah itu. Asang juga membangun losmen dengan 15 kamar untuk tempat menginap tamu yang mengunjungi Tumbang Sanamang.

Dari hasil kerja kerasnya, Asang kini memiliki 15 unit mobil. Tiga diantaranya jenis Fortuner untuk melayani transportasi darat dari Palangka Raya menuju Sanamang. Hanya mobil dengan gardan dua yang bisa melintasi jalan menuju Sanamang. Asang juga memiliki rumah di Palangka Raya.

Asang menjelma menjadi pengusaha muda yang sukses. Alasan itu pula yang membuat Hernadie dan kepala desa (yang dibantah oleh para kades dalam sidang, Red) memercayakan proyek jalan sepanjang 43 kilometer padanya. Apalagi Asang merupakan putra daerah asli Katingan Hulu.

”Kalau kami tak menyelesaikan pekerjaan, tapi terima bayaran, bisa disebut korupsi. Tapi pekerjaan kami selesai. Wajar kami meminta bayaran. Malah dituduh korupsi, yang ada kami justru rugi,” kata perempuan yang memiliki gelar Hajah ini.



Pos terkait