Bulan Suci Ramadan 1446 Hijriah terasa begitu istimewa bagi Muhammad Syafi’i Ma’arif (21), seorang pemuda asal Palangka Raya yang selalu lekat dengan Al-Qur’an.
SABRIANNOR, Kuala Kapuas
Rasa haru dan syukur bercampur jadi satu, ketika Dewan Juri International Hifzh Qur’an Competition menyebutkan nama Muhammad Syafi’i Ma’arif sebagai pemenang tiga besar kategori Tahfiz 20 Juz, Sabtu (22/3).
Ajang MTQ mahasiswa se-Asia Tenggara yang dihelat di Universitas Muhammadiyah Riau, Pekanbaru itu berlangsung pada 21-22 Maret 2024.
Dalam ajang tingkat internasional yang diikuti beberapa kampus yang ada di Asia Tenggara, baik Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina hingga Kamboja, pemuda itu sukses melenggang ke Grand Final setelah harus melewati babak penyisihan dari 35 hafiz maupun hafizah.
Ajang MTQ Internasional antarkampus tahun ini terbagi dalam dua kategori Tahfiz, yaitu 10 juz dan 20 juz. Untuk kategori 10 Juz diikuti 63 peserta, sedangkan 20 juz diikuti 35 peserta.
”Alhamdulillah, sangat bersyukur sekali bisa ada di sini. Bisa membawa nama daerah dan kedua orang tua tentunya,” kata Syafi’i penuh rasa haru saat dihubungi Radar Sampit, kemarin (23/3). Syafi’i masih berada di Pekanbaru dan bersiap pulang ke Palangka Raya.
Syafi’i Ma’arif yang akrab dipanggil Ustaz Fi’I, selain berstatus mahasiswa semester akhir Program Studi Hukum Keluarga Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, juga merupakan pentahsin maupun tenaga pengajar di Pondok Pesantren Iqro Palangka Raya. Ponpes itu merupakan warisan orang tuanya.
Anak ketujuh dari 12 bersaudara pasangan Hj Hafizah dan Almarhum KH Umar Hasan ini tumbuh dalam lingkup keluarga pejuang dan pecinta Al-Qur’an.
Syafi’i kecil sudah dikenalkan lebih dulu dengan Al-Qur’an, jauh sebelum mengenal ilmu-ilmu formal pada umumnya.
”Anak-anak sejak kecil dikenalkan dulu dengan Al-Qur’an, bahkan lebih mengenal huruf Hijaiyah sebelum huruf latin,” kata Hafizah, ibu Syafi’i.
Dia menuturkan, ayah Syafi’i paling keras tekadnya menjadikan Al-Qur’an sebagai bagian dari anak-anaknya. Alhasil, dari anak pertama hingga tujuh, rata-rata seorang hafiz Qur’an 30 Juz yang telah melewati proses khataman Qubro