Ternyata Ini Penyebab Naiknya Harga Beras

harga beras
Operasi pasar menjadi pilihan masyarakat untuk mendapatkan beras dengan harga yang lebih murah. (SURYANTO/RADAR SURABAYA)

SURABAYA – Harga beras sejak tahun 2023 mengalami lonjakan, dan hingga kini harganya masih tinggi dan terus naik. Perum Bulog Kanwil Jawa Timur mengklaim stok beras yang dimiliki di gudang cukup. Bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan Bulog di luar Jatim

“Stok beras Bulog Jatim saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan bantuan pangan dan kegiatan stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), termasuk mengirim ke Bulog di luar Jatim,” ujar Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog Jatim Ermin Tora kepada Radar Surabaya, Selasa (13/2/2024).

Bacaan Lainnya
Gowes

Namun Ermin tidak menjawab saat ditanya jumlah stok beras yang dimiliki Bulog Jatim saat ini. Ia hanya menyebut jika stoknya cukup.

“Namun harus diakui harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani masih cukup tinggi. Yaitu sekitar Rp 8.000 – Rp 8.500 per kilogramnya,” ungkapnya.

Mahalnya harga GKP ini ditengarai menjadi penyebab Bulog kesulitan menyerap beras petani.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat bahwa harga GKP di tingkat petani pada bulan Januari 2024 naik sebesar 0,82 persen dibanding Desember 2023.

Baca Juga :  Imbas Kemarau Panjang, Harga Beras di Kobar Naik

Demikian juga dengan harga gabah kualitas Gabah Kering Giling (GKG) mengalami kenaikan sebesar 1,32 persen.

Meski demikian, Ermin mengaku terus melakukan upaya dalam rangka stabilisasi harga beras. Pertama, menjaga kecukupan stok di gudang Bulog.

“Saat ini stok beras Bulog cukup untuk memenuhi kebutuhan bantuan pangan dan program SPHP,” katanya.

Kedua, melakukan pendistribusian bantuan pangan beras kepada sasaran keluarga penerima yang ada di Jatim.

Ketiga, melakukan penyaluran beras SPHP ke pasar-pasar tradisional, ritel modern maupun gerakan pangan murah.

Sementara itu Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menanggapi fenomena langkanya stok beras di beberapa gerai retail modern di Indonesia.

Bayu mengatakan, peritel mendapatkan harga beras dari produsen di atas harga eceran tertinggi (HET) maka itu mereka memilih untuk mengurangi stok beras untuk meminimalisir kerugian.

“Pada awalnya mungkin produsen ya sudah deh jual rugi enggak apa-apa nanti diganti saat panen raya, tapi ini berjalan terus, sudah 8 bulan, kita defisit beras,” kata Bayu.



Pos terkait