Ungkap Ada Kades Jaminkan Bangunan untuk Bayar Proyek, Asalkan Tak Melapor

Kisah Penyimpangan Proyek Jalan di Pedalaman Katingan (3)

Ungkap Ada Kades Jaminkan Bangunan untuk Bayar Proyek
BERMASALAH: Perbandingan jalan tembus sebelas desa di Kecamatan Katingan Hulu, saat baru selesai dikerjakan tahun 2020 dan kondisi sekarang, tahun 2022. (FOTO/GUNAWAN/RADAR SAMPIT)

Kelotok tanpa atap yang membawa Radar Sampit lewat tengah hari itu, Minggu (20/3), perlahan menepi. Mesin dompeng (diesel) yang sebelumnya meraung keras setelah menongkah gelombang hampir satu jam, akhirnya berhenti saat merapat di samping kelotok warga lainnya.

Perahu mesin tersebut tambat tak jauh dari pinggir Sungai Sanamang. Di bawah rerimbunan pohon yang menghalangi teriknya matahari, Radar Sampit bersama dua warga setempat yang bertindak sebagai pemandu, harus melompat ke daratan.

Bacaan Lainnya

Setelah menaiki jalan agak berbukit, tampak sebuah jalan membentang membelah hutan. Sebagian badan jalan ditumbuhi rerumputan. Di beberapa bagian bahkan berdiri tegak pepohonan. Tanahnya keras. Telapak kaki agak terasa sakit ketika berjalan menyusuri jalan tersebut.

”Inilah sebagian jalan yang dibangun Haji Asang tahun 2020 lalu. Sekarang sudah sulit dilintasi. Maklum, hampir setahun sudah tak pernah dirawat setelah selesai dikerjakan,” kata Deli (30), motoris kelotok yang memandu kami.

Baca Juga :  KPK dan Polri Sepakat Tak Perlu Supervisi

Menurut Deli, ketika baru selesai dikerjakan, jalan sepanjang 43 kilometer tersebut sebenarnya bisa dilalui. Namun, karena tak ada perawatan dan jarang dilintasi kendaraan, terutama mobil, kembali dijejali rumput dan pohon.

Berita Terkait: Begini Perjalanan Proyek Jalan Tembus Sebelas Desa di Katingan Hulu

”Sebenarnya kalau ada feri penyeberangan, jalan ini akan lebih sering dilalui, sehingga tanaman juga tak akan tumbuh,” tambah Deli. Posisi jalan tersebut berada di seberang Tumbang Sanamang, Ibu Kota Kecamatan Katingan Hulu.

Tak semua desa berada persis di jalur jalan. Sebanyak tujuh desa berada di jalur jalan, sementara empat desa di seberangnya. Warga empat desa itu harus menyeberang Sungai Sanamang yang lebarnya sekitar 20 meter lebih untuk menggunakan infrastruktur itu. Feri penyeberangan diperlukan untuk mengangkut kendaraan warga apabila ingin menggunakan jalan.

Setelah dibangun, jalan itu dibiarkan begitu saja. Warga sesekali menggunakannya ketika masih nyaman dilintasi. Terutama saat kemarau. ”Kami menyambut gembira penggarapan kembali jalan yang dibuat Haji Asang. Sebab, transportasi kami selama ini masih lewat sungai. Apabila jalan digarap, itu lebih memudahkan, bahkan ekonomi kami bisa naik,” kata Agung Kramajaya, Ketua RT 2 Desa Sei Nanjan.



Pos terkait