PANGKALAN BUN – Hujan deras disertai petir dan angin yang terjadi sepanjang Sabtu malam berdampak pada meningkatnya debit air di Hulu Sungai Arut, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Minggu (7/11). Akibatnya Sungai Arut meluap dan merendam kawasan permukiman warga setempat. Bahkan, ketinggian air saat ini (kemarin) sudah lebih dari satu meter.
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kotawaringin Barat yang menyambangi lokasi banjir di Aruta belum dapat memastikan berapa rumah yang terdampak banjir. Namun informasi yang disampaikan menyebut bahwa banjir sudah meluas dan merendam fasilitas umum seperti jalan permukiman.
Terendamnya jalan di permukiman tersebut berakibat pada terganggungan aktivitas warga. Mereka kini mulai menggunakan transportasi air seperti perahu.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kobar Nasir mengungkapkan meskipun ketinggian air sudah melebihi satu meter namun belum ada rumah penduduk yang terendam banjir. “Belum ada yang terendam, hanya fasilitas umum seperti jalan permukiman yang sudah terendam, ketinggian air juga sudah lebih dari satu meter dan kalau hujan turun terus maka bisa terus meningkat ketinggiannya,” ujarnya.
Camat Arut Utara, Amir Mahmud menambahkan saat ini pihaknya terus mengumpulkan data-data terkait banjir dari desa-desa di Kecamatan Aruta. Menurutnya berdasarkan informasi titik banjir berada di RT 1 Kelurahan Pangkut Seberang, RT 03 Desa Nanga Mua, serta Desa Panahan.
Meskipun demikian, ia berharap dalam dua hari ke depan tidak turun hujan, sehingga dipastikan bila cuaca panas maka air akan kembali surut. “Baru dua desa dan satu kelurahan, untuk desa lainnya sejauh ini belum terdampak luapan sungai Arut, kita masih tunggu konfirmasi dari desa-desa lainnya,” pungkasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kobar, Syahruni menyampaikan bahwa berdasarkan hasil analisis data dari BMKG dengan Impact Based Forecast (IBF) serta BNPB dengan InaRisk, diketahui bahwa Kotawaringin Barat masuk wilayah waspada potensi banjir, Sabtu (6/11). “Kobar dan beberapa wilayah lain di Kalteng, termasuk daerah dengan tingkat historikal banjir tertinggi, berdasarkan DIBI (Data Informasi Bencana Indonesia),” katanya.