Berkali-kali Irawati harus terendam air, karena umumnya warga yang terdampak banjir masih tetap bertahan di rumah masing-masing, sehingga untuk bisa langsung berinteraksi menanyakan kondisi warga, dia harus menyusuri jalan yang sudah tertutup tingginya air.
Bahkan, kedalaman air ada yang mencapai dada orang dewasa. Pihaknya juga membawa tenaga medis untuk melakukan pelayanan kesehatan bagi warga yang terdampak banjir.
Sebagian besar warga di desa tersebut memang memilih bertahan di rumah masing-masing dengan cara membangun katil atau dipan di dalam rumah untuk mengamankan diri maupun perabotan rumah tangga.
Bantuan bagi warga terdampak banjir akan terus disalurkan secara bertahap ke wilayah lainnya di Kotim yang terdampak banjir. Rencananya, Selasa (13/9) ini rombongan Pemkab Kotim akan ke Kecamatan Antang Kalang untuk menyalurkan bantuan bagi masyarakat yang terdampak banjir di wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kotim Rihel menjelaskan, banjir meluas karena mengikuti siklus aliran air sungai. Jika wilayah hulu banjir, otomatis di wilayah hilir yang berada di dataran yang lebih rendah juga akan banjir. Kondisi ini terjadi setiap tahun, khususnya saat musim hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
”Pengalaman dari tahun-tahun lalu, kalau daerah hulunya banjir otomatis yang di daerah hilir juga akan terdampak, walaupun sebenarnya di hilir ini tidak ada hujan. Karena airnya mengalir,” katanya.
Jumlah desa yang terdampak banjir bertambah dari 12 desa di 4 kecamatan menjadi 17 desa di 7 kecamatan. Antara lain di Kecamatan Antang Kalang yang terdampak banjir di Desa Tumbang Ngahan, Sungai Puring, Tumbang Kalang, Tumbang Hanya, dan Tumbang Manya. Lalu Kecamatan Telaga Antang di Desa Rantau Katang.
Kecamatan Bukit Santuai di Desa Tumbang Penyahuan dan Tumbang Tilap. Kecamatan Mentaya Hulu di Kelurahan Kuala Kuayan. Kecamatan Parenggean di Desa Bajarau, Barunang Miri, Manjalin, Kabuau, Tehang, dan Kelurahan Parenggean. Kecamatan Kotabesi di Desa Hanjalipan, dan Desa Pundu di Kecamatan Cempaga Hulu.