Para siswa berharap, pemerintah cepat menangani persoalan infrastruktur di wilayah itu, sehingga proses belajar mengajar tidak lagi terkendala. Apalagi Desa Sambi merupakan desa yang sarat sejarah pada masa merebut kemerdekaan, yakni titik mendaratnya penerjun payung pertama oleh Tentara Nasional Indonesia.
Kepala Sekolah SMPN 2 Arut Utara Florenstinus Kusnarto mengatakan, jalan sepanjang 21 kilometer tersebut merupakan jalan pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal (P3DT).
”Para siswa ini harus menempuh waktu selama dua jam sebelum sampai sekolah dengan kondisi infrastruktur yang buruk,” katanya.
Mengingat kondisi tersebut, pihak sekolah memberikan kelonggaran dengan tidak menerapkan disiplin ketat seperti sekolah lain pada umumnya. (***/ign)