”Kita bisa bandingkan Depo di Jalan Tartar. Sampahnya tidak berserakan. Sama-sama depo besar. Tidak jauh berbeda dengan Depo di Jalan Pelita. Bisa dilihat sendiri, sampah tidak meluber. Lingkungan sekitar juga sama-sama padat penduduk. Saya sangat mengapresiasi kinerja penjaga depo yang sigap mengawasi dan menata kebersihan depo. Tanggung jawab bekerja, budaya bersih, dan kebiasaan disiplin menjaga kebersihan ini yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sebelum mengunjungi Depo Pelita dan Depo Tartar, Machmoer juga memantau proses pengangkutan sampah di tempat pembuangan sampah (TPS) 3R (reduce, reuse, recycle) di Jalan Kopi Selatan. Namun, meski namanya TPS 3R, lokasi itu sama sekali tidak mencerminkan atau tidak menerapkan 3R yang dimaksud.
Penyebutan TPS 3R bukan sembarang sebut. Setiap TPS 3R umumnya memiliki sistem pengolahan sampah dengan inovasi teknologi mesin pencacah sampah dan pengayak kompos yang lebih efektif dan efisien. Pada dasarnya, konsep TPS 3R bertujuan mengatasi persoalan sampah yang menumpuk serta mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Namun, faktanya, TPS 3R di Jalan Kopi Selatan hanyalah sebutan. Meski lahannya cukup luas, TPS ini hanya difasilitasi tempat semacam garasi, dan dua bangunan semi terbuka yang tidak ada fungsinya dan satu bangunan berukuran kecil yang belum diketahui fungsinya.
Pantauan Radar Sampit, sampah terlihat jauh lebih banyak dibandingkan Depo di Pelita. Sampah menumpuk hingga keluar pagar. DLH Kotim sampai menyewa alat berat loader untuk memudahkan dan mempercepat proses pengangkutan sampah ke dalam bak truk.
Sebagian akses jalan di sekitar TPS juga diportal sementara karena adanya aktivitas angkut sampah. Khusus Rabu (20/7) kemarin, sampah diangkut bersih. Ada 12 rit sampah yang diangkut di TPS 3R Jalan Kopi Selatan dan dilanjutkan pengangkutan sampah sebanyak 8 rit di Depo Pelita. Proses pengangkutan sampah di TPS 3 R dimulai dari jam 8 pagi sampai siang. Kemudian dilanjutkan di Depo Pelita dari pukul 13.30 WIB sampai sore.
