Begini Respons KONI Kotim soal Hebohnya Aksi Robek Piagam dan Banting Medali

JUMPA-PERS-KONI-KOTIM
BERI KETERANGAN: Ketua KONI Kotim Ahyar Umar memberikan keterangan pers terkait hebohnya aksi robek piagam dan banting medali Porkab Kotim, Jumat (11/6). (HENY/RADAR SAMPIT)

Menurutnya, pelaksanaan sebuah event tidak ada yang sempurna. Kekurangan yang terjadi menjadi bahan evaluasi agar Porkab yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali bisa lebih baik lagi.

”Apalagi Porkab sudah lama vakum selama 35 tahun.  Dengan terselenggaranya Porkab Kotim di tahun 2022 ini, saya ingin mencoba mengembalikan kejayaan dunia olahraga dan minat olahraga itu akan terlihat ketika diadakan event,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Mengenai adanya peserta atau atlet yang tidak puas dengan pelaksanaan Porkab Kotim, hal itu dapat diselesaikan baik-baik. ”Semua itu ada tahapannya. Dari kecamatan tidak serta-merta memberikan bonus begitu selesai pertandingan. Biasanya ada acara pembubaran atlet di kecamatan masing-masing dan itu sudah terjadwal. Karena Porkab baru saja selesai, rata-rata kecamatan mengadakan kegiatan tersebut minggu depan. Atlet yang tidak sabar, mohon lebih sabar menunggu kecamatan masing-masing membagikan bonus,” katanya.

Baca Juga :  Kapuas Kembali Raih Empat Medali Emas Porprov Kalteng XII Tahun 2023

Ahyar mengharapkan semua atlet yang meraih prestasi bisa memahami, bahwa pemberian bonus bisa saja tidak dilakukan semua kecamatan dan besarannya pun bervariasi. ”Semua tergantung kecamatannya masing-masing. Besaran nilai bonusnya pun bervariasi sesuai tingkatan medali yang didapat dan tergantung ketersediaan anggaran dari masing-masing kecamatan,” ujarnya.

Ahyar menyesalkan dalam pelaksanaan Porkab Kotim 2022, banyak kecamatan yang memaksakan mendatangkan atlet dadakan dalam pertandingan. Hal itu membuat ada peserta yang menuntut hadiah uang karena ketidaktahuannya.

”Sebenarnya atlet yang tidak terdaftar dalam cabor masing-masing tidak boleh diikutsertakan dalam multievent, seperti Porprov apalagi PON,” ujarnya.

Terkait bahan medali yang diberikan kepada atlet yang juara, Ahyar menjelaskan, medali yang disebut emas, perak, dan perunggu memang bukan emas sungguhan. ”Medali ada tingkatannya. Dalam olimpiade Tokyo saja ribut karena tidak ada penjelasan dari pihak penyelenggara, bahwa memang tidak serta merta  medali emas benaran berbahan emas. Ajang PON hingga olimpiade saja medalinya bukan emas sungguhan,” ujarnya.



Pos terkait