BMKG Kobar Tepis Isu Serangan Gelombang Panas

gelombang panas
ILUSTRASI GELOMBANG PANAS (JAWA POS)

PANGKALAN BUN – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Iskandar Kotawaringin Barat menepis isu cuaca panas yang melanda Kabupaten Kotawaringin Barat akibat dampak gelombang panas.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Iskandar Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat Aqil Ihsan mengatakan, suhu udara yang terasa panas di Kobar dalam beberapa hari ini terjadi akibat posisi matahari yang tepat di atas ekuator dan pada bulan September matahari seolah berada di sisi selatan.

Sementara pada bulan Oktober ketika matahari seolah-olah berada di sebelah Selatan garis khatulistiwa, radiasi sinarnya meluas dan berakibat suhu udara di beberapa wilayah di Bumi makin panas. “Hal itu lebih ke gerak semu matahari juga, posisi matahari dari khatulistiwa pada September mulai menuju ke belahan bumi Selatan,” terangnya, Senin (18/10).

Kendati demikian cuaca panas yang dirasakan saat ini masih terbilang normal bila mengacu ke gerak semu matahari, maka gerakannya akan terus menuju ke arah Selatan sampai Desember nanti.

Ia juga mengatakan, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. “Potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya,” ungkapnya.

Baca Juga :  Korban Perkelahian Ditemukan Di Sungai Jelai Sukamara

Ia menyebut bahwa berdasarkan ikhtisar cuaca di Kabupaten Kotawaringin Barat periode Oktober 2021, suhu udara pada tanggal 11 Oktober 2021 mencapai 32,4 derajat Celcius, kemudian 12 Oktober 33,4 derajat, 13 Oktober 33,6 derajat. Dan pada tanggal 14 dan 15 Oktober sempat menurun yaitu 32,4 derajat dan 29,8 derajat. Namun pada 16 Oktober kembali naik 34,0 derajat dan tanggal 17 Oktober 2021 suhunya mencapai 34,1 derajat Celcius. “34.1 bukan rata-rata, relatif setiap tahun memang begitu,” tegasnya.

Kemudian kata dia, suhu maksimum yang meningkat dalam beberapa hari ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pada bulan Oktober, kedudukan semu gerak matahari adalah tepat di atas Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dalam perjalannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *