Cerminkan Tingginya Toleransi, Bersihkan Kotim dari Hal Negatif

Lestarikan Warisan, Gelar Ritual Mamapas Lewu dan Mampakanan Sahur

ritual mamapas lewu
RITUAL: Kendaraan arak-arakan saat akan melakukan ritual Mamapas Lewu berkeliling Kota Sampit, Senin (12/12). (YUNI/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, radarsampit.com – Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan (MD-AHK) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berupaya melestarikan warisan budaya dengan menggelar ritual Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu. Kegiatan itu juga mencerminkan tingginya toleransi di Bumi Habaring Hurung.

”Ritual Mamapas lewu dan Mampakanan Sahur ini saya harap bukan hanya sebatas seru untuk dilihat saja, tetapi kewajiban kita melestarikan ritual ini,” kata Ketua Panitia Penyelenggara Wendy, Senin (12/12).

Bacaan Lainnya

Ritual keagamaan tersebut digelar sebagai salah satu upaya membersihkan Kotim dari segala permasalahan. Mampakanan Sahur merupakan ritual untuk menunjukkan rasa syukur dengan membayar hajat. Kegiatan ini disimpulkan dengan mengundang masyarakat untuk makan dan minum bersama dalam suasana kegembiraan.

Untuk Mamapas Lewu bermakna membersihkan kampung atau daerah dari hal-hal buruk atau sebagai tolak bala. Harapannya, masyarakat dan daerah Kotim terhindar dari bencana. ”Memapas Lewu ini sebagai ritual menangkal daripada bahaya,” ucapnya.

Baca Juga :  Sulitnya Mendisiplinkan Orang Politik, Kursi Kosong Dewan Terus Berulang

Acara tersebut dibuka Bupati Kotim Halikinnor, yang juga dihadiri Ketua DPRD Kotim Rinie, Sekda Kotim Fajrurrahman, Kepala Dinas Pariwisata Ellena Rosie, serta sejumlah pejabat dan pemuka lintas agama lainnya di Balai Basarah Penyang Hatampung, Senin (12/12).

Ketua MD-AHK Kotim Rena mengatakan, kegiatan tersebut juga diikuti umat Hindu Kaharingan dari 13 kecamatan di Kotim. Ritual dipimpin Riky Zunaidi, selaku Pisor dari Desa Mujam, Kecamatan Tualan Hulu.

Rena berterima kasih atas dukungan Pemkab Kotim karena terselenggaranya kegiatan tersebut. Dia juga menyambut baik kehadiran Halikinnor yang menyempatkan diri datang meski dalam masa pemulihan.

”Saya merasa bangga dan terharu, dengan kondisi yang masih dalam tahap pemulihan pascaoperasi, Bupati tetap berkenan hadir pada acara ini,” ujar Rena.

Acara tersebut dibuka dengan tarian menyambut para tamu undangan yang hadir. Dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dilakukan pemuka dari lintas agama dari Islam, Kristen Protestan, Budha, Katolik, Konghucu, dan Hindu Kaharingan.



Pos terkait