Cerminkan Tingginya Toleransi, Bersihkan Kotim dari Hal Negatif

Lestarikan Warisan, Gelar Ritual Mamapas Lewu dan Mampakanan Sahur

ritual mamapas lewu
RITUAL: Kendaraan arak-arakan saat akan melakukan ritual Mamapas Lewu berkeliling Kota Sampit, Senin (12/12). (YUNI/RADAR SAMPIT)

Acara dilanjutkan dengan Tari Manganjan, tarian khas Kalteng yang sudah menjadi tarian ritual bagi suku Dayak. Para tamu undangan yang hadir menari membentuk lingkaran sambil berkeliling.

Pada prosesi ritualnya, Pisor mengawali penombakan seekor sapi sebagai hewan yang dikurbankan. Penombakan dilakukan bergantian oleh pejabat ataupun orang yang dituakan. Setelah beberapa kali penombakan hingga hewan kurban tak berdaya, dilakukan penyembelihan oleh pemuka agama Islam.

Bacaan Lainnya

Pisor sebagai pemimpin ritual kemudian membacakan doa sekaligus melakukan tapung tawar kepada para tamu. Puncak dari kegiatan Mamapas Lewu adalah melakukan arak-arakan berkeliling kota menggunakan mobil, yang dipimpin Pisor, dengan maksud mendoakan Kotim agar terhindar dari bala benaran.

Bupati Kotim Halikinnor dalam sambutannya mengatakan, Pemkab Kotim berusaha seoptimal mungkin memfasilitasi kegiatan tersebut agar berjalan lancar.

”Ritual ini diharapkan dapat menjadi wahana untuk menumbuhkan semangat dan motivasi kita dalam upaya menggali melestarikan dan mengembangkan nilai budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat kita,” ujarnya.

Baca Juga :  Upaya Menjaga Budaya, Bersihkan Kotim dari Hal Negatif

Menurutnya, langkah tersebut perlu dilakukan agar nilai budaya positif yang telah diwariskan para leluhur tidak luntur dan sirna oleh pengaruh budaya luar.

”Penyelenggaraan kegiatan Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu merupakan salah satu wujud nyata dari kepedulian masyarakat dan pemerintah Kotim untuk melestarikan dan mengembangkan nilai budaya daerah dalam rangka memperkuat budaya nasional,” katanya. (yn/ign)



Pos terkait