PANGKALAN BUN, RadarSampit.com – Dinas Pariwisata Kotawaringin Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah menggencarkan promosi wisata kuliner khas daerah setempat, salah satunya coto menggala.
“Di tahun 2020, coto menggala pernah dinobatkan sebagai makanan tradisional terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2020. Kita terus promosikan kuliner ini agar semakin dikenal masyarakat Indonesia,” kata Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Kobar Bambang Sigit Purnomo.
Promosi itu dilakukan dengan berbagai cara seperti pengenalan langsung kepada wisatawan, media sosial atau pun bekerjasama dengan para pelaku usaha pariwisata baik hotel atau agen perjalanan wisata. “Bahkan, secara khusus, upaya mengenalkan makanan khas Kobar ini juga menyasar wisatawan asing,” kata Sigit.
Caranya, ujar dia, adalah dengan menjadikan kuliner itu jadi hidangan wajib di kelotok wisata yang digunakan wisatawan saat berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting atau pun saat susur sungai di Sungai Arut. Coto menggala ini, lanjutnya, berbeda dengan soto-soto di daerah lain karena makanan ini berbahan dasar singkong atau menggala.
Makanan ini memiliki kuah kental atau pekat, sehingga terasa padat di mulut saat disantap, dengan kentalnya coto menggala tersebut berasal dari sari pati singkong, yang biasa jadi bahan baku pembuatan tepung tapioka.
Juhranati, salah satu penjual coto menggala yang berlokasi di Kelurahan Mendawai mengatakan, kuah coto menggala tidak berasal dari kaldu ayam atau daging, tetapi berasal dari sari pati singkong sehingga memilik kuah yang kental.
“Dahulu biasanya coto menggala itu dipadukan dengan daging atau kulit rusa, tapi karena saat ini susah didapat, maka diganti dengan ceker atau sayap ayam, dan juga udang,” ujar Juhranati.
Coto menggala, lanjutnya, biasanya menjadi menu yang selalu disajikan pada bulan puasa atau bulan Ramadhan untuk berbuka puasa. Hal tersebut dikarenakan cara pembuatan coto menggala lebih mudah dan bahan bakunya gampang di dapat.
“Biasanya menu saat berbuka, sehingga cepat kenyang namun tidak bikin terlalu kenyang, sehingga setelah salat tarawih baru menyantap makanan berat dari nasi,” katanya.