Banyak pelaku usaha kecil yang menggantungkan harapan besar pada momentum ini untuk meningkatkan omzet tahunan mereka.
Peningkatan konsumsi yang signifikan juga terjadi menjelang dan selama Lebaran. Pembelian kebutuhan pokok, pakaian baru, parsel, hingga tiket transportasi melonjak drastis.
Perputaran ekonomi tidak hanya dinikmati oleh pelaku usaha di kota besar, tetapi juga oleh pedagang kecil di desa-desa, pengusaha angkutan, pengelola tempat wisata, hingga petani yang hasil panennya terserap oleh permintaan yang meningkat.
Pemerintah pun telah mengantisipasi dengan menyalurkan Tunjangan Hari Raya (THR) lebih awal untuk ASN dan pekerja swasta, serta memperpanjang libur cuti bersama agar masyarakat dapat merayakan Lebaran dengan tenang sekaligus mendorong konsumsi domestik.
Bank Indonesia pun tak tinggal diam. Setiap tahun menjelang Lebaran, BI menyiapkan pasokan uang tunai dalam jumlah besar untuk memastikan kebutuhan transaksi masyarakat terpenuhi.
Ini semua menunjukkan bahwa Ramadan dan Lebaran bukan hanya momen religius, tetapi juga menjadi pilar penting dalam dinamika ekonomi nasional.
Lebaran telah menjelma menjadi perayaan kebangsaan yang menyatukan. Ia bukan hanya milik umat Islam, tetapi telah menjadi milik semua anak bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Ia membawa berkah spiritual, sosial, dan ekonomi yang menyentuh setiap lapisan masyarakat.
Momentum ini mestinya menjadi inspirasi, bahwa dalam setiap perbedaan ada ruang untuk saling memahami, dalam setiap kebersamaan ada peluang untuk tumbuh, dan dalam setiap perayaan ada harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi seluruh bangsa. (Antara/Taufan Hunneman, Dosen UCIC Cirebon)