Korban Banjir Kobar Bisa Terus Bertambah

Sudah 1.577 Jiwa Terdampak

korban
BANJIR: Suasana banjir yang terjadi di Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Senin (23/8). (IST/RADAR SAMPIT)

PANGKALAN BUN – Banjir di Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, sudah merata di 10 desa dan satu kelurahan. Jumlah warga terdampak dari banjir tahunan ini mencapai 1.577 jiwa dan berpotensi bertambah.

Camat Arut Utara Amir Mahmud mengatakan, banjir di wilayahnya terjadi sejak Minggu (22/8) lalu. Banjir semakin meluas dan mengepung seluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Arut Utara.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

”Banjir sudah merata. Semua desa dan kelurahan di Arut Utara terkena. Ketinggian juga bervariasi, dari 50 sentimeter hingga satu meter lebih,” kata Amir Mahmud.

Sampai kemarin, jumlah rumah yang terendam banjir mencapai 491 unit dengan jumlah penghuni 1.577 jiwa. Kemungkinan jumlah itu terus bertambah karena wilayah ketinggian air yang terus meningkat.

”Seperti di Desa Sungai Dau dan Sambi, ketinggian air turun, sementara desa dan kelurahan lainnya justru bertambah tinggi dan nampaknya semakin luas, karena hujan yang terus terjadi,” katanya.

Baca Juga :  Jaksa Kerangkeng Mantan Kadis Kominfo Kapuas

Dalam kondisi banjir, lanjutnya, warga membutuhkan kecukupan pangan siap santap. Mengingat mereka tidak bisa melakukan aktivitas karena banjir.

Kepala BPBD Kobar Syahruni menambahkan, selain membuat posko baniir di Kecamatan Arut Utara, pihaknya telah menyiagakan personel dan peralatan evakuasi.

”Belasan personel kami siagakan dan mereka selalu bergantian berjaga dengan tim gabungan di posko banjir,” tuturnya.

Menurutnya, meski banjir meluas, masyarakat enggan meninggalkan rumah. Terkecuali dalam kondisi darurat sakit atau rumahnya tenggelam. ”Kebetulan ada perahu milik BPBD, TNI, dan polisi yang siaga. Jadi, setiap ada warga yang minta evakuasi, kami langsung siap. Seperti kejadian Rabu malam, ada lansia yang sakit dan dievakuasi menggunakan perahu karet,” jelasnya.

Masyarakat yang rumahnya banjir enggan menempati lokasi pengungsian. Justru saat setelah dievakuasi, mereka memilih tinggal di rumah keluarga dan sebagian menyewa kos.

”Yang jelas, sesuai instruksi atasan, tempat pengungsian tekah disiapkan di kelurahan dan kantor desa. Begitu juga dapur umum, juga sudah siap di lokasi banjir,” pungkasnya. (rin/sla/ign)



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *