Pernah Operasi Malam Hari dengan Penerangan Lampu Motor

Dokter Asep, Spesialis Bedah yang Mengabdi 23 Tahun di RSSI Pangkalan Bun

Dokter Asep Spesialis Bedah yang Mengabdi 23 Tahun di RSSI Pangkalan Bun
PENGHARGAAN: Dokter Asep saat menerima penghargaan dari Pemkab Kobar yang diserahkan Bupati Kobar Nurhidayah, baru-baru ini. (RINDUWAN/RADAR SAMPIT)

RSSI terus berkembang dengan sangat pesat. Terutama dalam fasilitas rawat dan pelayanan pasien. Sekarang, banyak gedung-gedung megah, kamar rawat yang cukup luas dan bersih, serta lingkungan rumah sakit yang indah.

Kemudian, pelayanan menggunakan alat-alat canggih semakin bertambah. Misalnya, operasi laparaskopi, endoskopi, fasilitas hemodialise, sudah ada CT scan, laser dermatology, dan sebagainya.

Bacaan Lainnya

Menurut Asep, saat pertama kali datang ke Pangkalan Bun, saat itu dia belum ada niat menjadi dokter bedah di RSSI Pangkalan Bun. Namun, ternyata dia ditemui pasien dengan luka di kaki yang memerlukan tindakan operasi. Padahal, dia belum mengetahui fasilitas kamar operasi saat itu. Selain itu, dia juga belum memiliki surat izin praktik.

”Jadi, saya bilang tunggu sampai saya dapat SK penempatan dan ijin praktik. Saya sarankan diobati saja dulu oleh dokter umum. Kemudian saya pulang ke Bandung. Setelah saya dapat SK penempatan, baru saya datang lagi ke Pangkalan Bun,” ujarnya.

Baca Juga :  Kasus Kematian Mahasiswi Kedokteran Tunggu Tuntutan Jaksa

Ternyata pasien yang ditemui saat itu sudah menunggu untuk operasi. Bahkan, dirinya sampai diantar-jemput ke hotel oleh keluarga pasien.

”Sampai saat ini saya kenal baik dengan mereka,” kenangnya.

Pengalaman lain yang membuatnya terkesan adalah melakukan operasi saat malam hari. Saat itu tiba-tiba listrik padam. Di sisi lain, genset rumah sakit sedang rusak. Pihaknya kelabakan karena kamar operasi yang gelap.

”Akhirnya ada perawat yang memberi ide dengan memasukkan sepeda motor ke depan pintu kamar operasi dan kami melakukan operasi diterangi lampu sepeda motor,” ujarnya.

Dia juga memiliki pengalaman lucu. Asep pernah diminta menangani pasien kandungan yang akan melahirkan. Pasien sudah di meja operasi, sementara dirinya sedang tak bertugas.

”Waktu itu dokter kandungan sedang cuti. Saat ada konsul itu, saya sedang memancing. Namun, mendengar pasien sudah di meja operasi, saya tergopoh-gopoh datang ke kamar operasi dan lupa kalau masih memakai pelampung,” kenangnya sambil tersenyum.

Asep juga memiliki pengalaman soal pasien yang kurang mampu. ”Dulu, sebelum ada BPJS, sering ada pasien kehabisan uang berobat. Termasuk untuk makan keluarganya. Kami bantu sebisanya dengan menggratiskan biaya dokter atau dengan cara lain agar kelangsungan pengobatan pasien bisa berlanjut,” katanya.



Pos terkait