Pria kelahiran Bandung mengaku betah bekerja di Pangkalan Bun karena situasi kerja yang kondusif dan tidak ada saling sikut. Semua pegawai kompak dengan manajemen yang terbuka, sehingga mudah melakukan koordinasi.
”Sebetulnya seluruh staf rumah sakit merupakan satu tim dalam melayani pasien, karena pelayanan harus dilakukan secara komprehensif, di mana diperlukan dukungan seluruh bagian yang ada di rumah sakit,” katanya.
Lebih dua dekade mengabdi di Pangkalan Bun, Asep mengaku pernah dihampiri rasa bosan. Pasalnya, dia harus melakukan kegiatan yang sama secara berulang. Namun, dia berusaha memotivasi diri, bahwa kerja itu ibadah dan mengerjakan operasi itu menyenangkan.
”Saya sangat bersyukur sekali. Kerja itu ibadah, menyenangkan dan muaranya membantu orang lain,” ujar pria yang hobi memancing ini.
Hal lain yang membuatnya terus semangat bekerja menjadi dokter adalah belajar yang berkelanjutan. Ilmu kedokteran terus berkembang dengan pesat. Setiap pasien mempunyai kondisi dan masalah yang berbeda. Dokter harus bisa belajar dari setiap pasien dan itu akan menjadi pengalaman yang berharga.
”Jangan pernah menganggap mudah ketika akan melakukan tindakan. Allah SWT yang membimbing kita untuk menjadi tahu dan bisa mengerjakan tindakan tersebut. Hasil pengobatan bukanlah kita yang menentukan, Allah-lah yang menolong kita dan pasien kita,” ujarnya.
Dalam proses perjalanan kariernya di RSSI Pangkalan Bun, Asep pernah mencoba pindah ke rumah sakit yang besar. Namun, ternyata situasi kerja yang kurang kondusif membuatnya harus kembali lagi ke Pangkalan Bun.
”Bagi saya, bekerja itu bukan hanya mencari uang, tapi yang terpenting kita akan hidup di dalam dan di sekitar tempat bekerja. Apabila suasana kerja kondusif dan menyenangkan, kemudian lingkungan tempat tinggal juga aman, tentu akan membuat betah,” katanya.
Asep mengaku memiliki banyak keinginan di RSSI Pangkalan Bun, di antaranya berniat memajukan RSSI menjadi lebih baik lagi. Khususnya pelayanan bedah.
”Keinginan saya akan terus mengembangkan tindakan dengan alat-alat canggih, membantu manajemen untuk mendatangkan spesialis bedah lain agar semua kasus bisa dikerjakan di RSSI, sehingga pasien tidak perlu repot dirujuk ke rumah sakit lain,” ujarnya.