SAMPIT – Ribuan petani karet dalam sebulan terakhir harus menderita. Pasalnya, mereka dilanda krisis karena tak bisa bekerja normal menyadap karet di kebun lantaran tingginya curah hujan.
”Sudah hampir sebulan lebih ini warga yang bekerja di sektor perkebunan karet tidak bisa bekerja. Kondisi demikian tentunya sangat memprihatinkan,” kata Ketua Fraksi Partai Nasdem DPRD Kotim Syahbana, Selasa (21/9).
Dia menuturkan, petani tidak bisa menyadap atau mengambil getah dari pohon karet ketika musim hujan. Selain itu, kalangan petani beranggapan apabila dipaksakan menyadap karet di musim hujan, akan merusak pohon karet tersebut.
Sejauh ini, lanjut Syahbana, petani karet sudah bersyukur bisa bertahan hidup dengan kondisi seadanya. Bagi yang masih memiliki kebun rotan, bisa bertahan dengan harga yang masih ideal untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
”Yang pasti, saat ini kondisi sedang terpuruk adalah petani karet. Kasihan sebenarnya melihat kondisi mereka demikian. Karena hujan terus menerus, mereka tidak bisa berusaha,” jelasnya.
Dari asumsinya, ada sekitar 10 ribu penduduk di Kotim masih bergantung kepada sektor perkebunan karet. Harga karet masih jauh dari kata ideal. Satu kilogram dihargai Rp 8.000. Dalam satu hari, petani maksimal panen 20 kilogram.
Penyadapan karet dilakukan sejak subuh hingga menjelang sore. Harga ideal di kalangan petani minimal sekitar Rp 12 ribu per kilogram untuk mengimbangi harga kebutuhan hidup yang semakin tinggi. Belum lagi soal pemasaran yang hanya ada satu pabrik penerima di Kota Sampit, yakni PT Sampit International.
Sarwino, salah seorang petani karet mengatakan, sejak Agustus mereka sudah tidak bisa menyadap karet karena hujan turun nyaris setiap hari. Untuk menyiasatinya, mereka kadang menyadap pohon karet di sore atau siang. Meskipun saat itu kondisi karetnya tidak sebanyak saat panen pagi hari.
”Tidak bisa bekerja sudah lama. Saat kami masih menyadap, tiba-tiba hujan turun. Sadapan sebelumnya akan hilang kena air hujan. Lain ceritanya kalau ada payung penutup di setiap pohon,” katanya.