Rayuan Palsu Bisnis Kenikmatan Eks Lokalisasi di Sampit

Membongkar Praktik Perdagangan Manusia di Kotim (1)

membongkar praktik perdagangan orang
Ilustrasi Perdagangan Manusia.

Jam operasional lokasi itu dibuka mulai pukul 19.00 WIB – 02.00 WIB. Sistem kerja ditentukan berdasarkan durasi waktu. Untuk satu jam memuaskan nafsu pria hidung belang, dia dibayar Rp 400 ribu. Sebesar Rp 50 ribu disetorkan untuk jatah muncikarinya. Apabila bermalam, dikenakan tarif Rp 800 ribu.

Salimar mengaku kerap merasa risih dan sering menangis apalagi menghadapi pria uzur dengan bau badan tak sedap dan tidak bersih. ”Saya hanya bisa menangis dan ingin segera menyudahi. Saya ingin segera kabur, tetapi sulit saat itu. Walaupun tidak ada pos pengamanan dan tidak ada satpam, orang suruhan muncikari selalu mengawasi pergerakan kami,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Salimar mengaku pernah membaca berita di Radar Sampit, bahwa lokalisasi di tempatnya berada pernah digerebek Satpol PP. Namun, tak ada satu pun yang dapat ditangkap.

Baca Juga :  Danrem: TNI-Polri di Kalteng Jangan sampai Bentrok!

”Lokalisasi di berita dikatakan sudah ditutup. Satpol PP datang tidak ada satu pun yang ditangkap. Saya ini orang yang berada di dalam saat itu. Apanya yang tutup. Tempat ini masih dibuka,” tegasnya.

Tekad Salimar untuk melarikan diri dari bisnis haram itu semakin kuat. Salimar menyusun strategi. Pada 5 Maret 2022, dia berpura-pura ingin mencari makan.

”Kami boleh mencari makan di luar kalau tak selera. Di lokalisasi sudah ada tukang masaknya. Makannya tahu tempe. Jarang makan enak. Saya berpura-pura cari makan di luar. Sambil waswas melihat sekeliling kalau ada yang mengawasi,” ujarnya.

Sebelum kabur, Salimar sudah memesan travel menuju Kota Pangkalan Bun. ”Sebelum saya berjalan kaki, saya sudah pesan travel tujuan Pangkalan Bun. Saya berjalan kaki menuju gapura dan langsung cepat-cepat masuk mobil. Keesokan harinya, tanggal 6 Maret, saya melanjutkan perjalanan menggunakan kapal dari Pelabuhan Kumai menuju Surabaya,” ujarnya mengakhiri kisahnya.

Salimar mengaku menceritakan hal tersebut agar praktik itu bisa diakhiri. Pasalnya, masih ada rekan-rekannya yang bernasib serupa dan belum bisa kabur dari lokasi tersebut.

Baca Juga :  Satpol PP Kotim Minta Warung Makan Tidak Terlalu Vulgar saat Berjualan Selama Ramadan

Radar Sampit menelusuri langsung pengakuan Salimar dan jejak rekannya yang masih terjebak di lokalisasi itu. Hasilnya tak sia-sia. Selain memastikan eks lokalisasi itu masih beroperasi, Radar Sampit menemukan sejumlah rekan Salimar yang masih terjebak. Kisah lengkapnya bisa dibaca pada edisi berikutnya.



Pos terkait