Rayuan Palsu Bisnis Kenikmatan Eks Lokalisasi di Sampit

Membongkar Praktik Perdagangan Manusia di Kotim (1)

membongkar praktik perdagangan orang
Ilustrasi Perdagangan Manusia.

Catatan Radar Sampit, kabar kembali beroperasinya lokalisasi Pal 12 pernah dicek langsung aparatur pemerintahan setempat yang melakukan inspeksi mendadak pada 11 Januari 2022 lalu. Namun, saat itu tak menemukan tanda-tanda aktivitas mencurigakan terkait prostitusi gelap itu.

Lurah Pasir Putih Rudi Setiawan mengatakan, sidak tersebut merupakan respons cepat terkait pemberitaan yang berkaitan dengan wilayah mereka. Didampingi sejumlah pejabat kelurahan dan Ketua RT setempat, mereka menyusuri satu per satu rumah warga sampai ke bagian kamar untuk memastikan kebenaran informasi itu.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Meskipun tak menemukan praktik prostitusi terselubung, Rudi menegaskan, pihaknya akan tetap memantau dan menindaklanjuti jika ada masalah yang terjadi di wilayah tersebut. ”Akan terus kami pantau, apalagi terhadap hal yang bisa menyebabkan lingkungan kurang kondusif,” ujarnya.

Rudi juga tak memungkiri apabila kemungkinan masih adanya praktik prostitusi terselubung yang melibatkan satu atau dua warga, tetapi hal tersebut belum terbukti. Pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada seluruh warga di kawasan tersebut agar tidak lagi melakukan bisnis haram tersebut. Masyarakat telah diminta mematuhi aturan. Apalagi lokalisasi tersebut sudah ditutup, sehingga diharapkan tidak ada aktivitas terlarang.

Baca Juga :  Gara-gara Ini Bazar UMKM MTQ Baamang Sampit Tak Begitu Ramai 

Terpisah, Wawan, warga setempat mengatakan, isu kembali beroperasinya lokalisasi di wilayah itu bukan hal baru baginya. Meskipun telah resmi ditutup, lokasi tersebut masih dipandang buruk oleh masyarakat. Padahal, dia memastikan warga setempat sudah berubah.

”Kondisi kami sudah berubah. Citra kami sudah jelek. Kalau ada tamu atau perempuan yang masuk ke sini pasti dipandang buruk,” ucapnya.

Sejak lokalisasi itu ditutup 2017 lalu, Wawan bersama sejumlah warga memang masih memilih tetap tinggal di wilayah tersebut. Mereka berusaha beradaptasi dan mencari sumber mata pencaharian lain. Warga setempat sudah banyak yang beralih profesi menjadi petani. Hasilnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (tim/bersambung)



Pos terkait