Serunya Cerita Dalang Kadriansyah dalam Pertunjukan Wayang Banjar di Sampit

Nonton Semalam Suntuk, Penonton Dibuat Terharu Kisah Pilu

boks wayang kulit banjar (hgn) 2
LESTARIKAN KESENIAN: Dalang Muhammad Kadriansyah saat memainkan karakter wayang kulit dalam Pagelaran Wayang Kulit Banjar Panca Lima di halaman Kantor Bupati Kotim, Jumat (10/3) malam. (HENY/RADAR SAMPIT)

”Di Jawa, bahan utama wayang kulit kerbau, sementara wayang Banjar lebih sering dibikin dari kulit sapi atau kambing. Ada 70 karakter nama wayang kulit Banjar dan postur wayang kulit Banjar cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan wayang kulit di Jawa,” katanya.

Wayang kulit Banjar populer di kalangan masyarakat Kalsel sejak awal abad ke-14. Hal itu ditandai dengan masuknya pengaruh Kerajaan Majapahit ke Kalimantan pada kurun tahun 1300-1400 masehi.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Konon katanya, saat pemimpin pasukan Majapahit Andayaningrat memasuki wilayah Banjar membawa seorang dalang wayang bernama Sakar Sungsang. Namun, pada masa itu pagelaran wayang yang dibawakan Sakar Sungsang kurang diminati, karena penyampaian ceritanya didominasi idiom Jawa.

Setelah kebangkitan Kesultanan Demak dan kuatnya pengaruh Islam ke Kalimantan, pertunjukan wayang kembali populer. Pada masa itu, dakwah Islam kerap dibarengi pertunjukan wayang kulit.

Baca Juga :  Jambret Resahkan Warga Kelurahan Tanah Mas

Masyarakat Banjar mulai tertarik setelah pertunjukan wayang kulit dipelopori Datuk Toya. Berjalannya waktu, kesenian wayang kulit yang lebih dikenal dalam tradisi Jawa diadopsi masyarakat suku Banjar dengan mengubah bahasanya menjadi bahasa Banjar yang lebih menarik masyarakat.

Bupati Kotim Halikinnor mengatakan, pertunjukan wayang kulit dahulu pernah ada di Kotim, tepatnya di Kecamatan Cempaga. Setelah dalang meninggal, wayang kulit Banjar tak pernah lagi dipentaskan.

”Dalangnya bernama Idrus.  Setelah beliau meninggal, tak pernah lagi diadakan. Malam ini saya coba mengundang Wayang Kulit Purwa Banjar dari Grup Panca Lima,” kata Halikinnor.

Halikinnor mengatakan, pagelaran wayang kulit Banjar masih serangkaian dengan kegiatan Festival Budaya Habaring Hurung yang dibuka di Taman Kota Sampit, Jumat (10/3) malam.

”Pemkab Kotim ingin mengangkat kesenian budaya yang sudah mulai punah, salah satunya wayang kulit Banjar,” ujarnya.

Halikinnor sedikit kecewa melihat jumlah penonton tak begitu banyak. Padahal, Pemkab Kotim telah menyebarkan informasi ke masyarakat, bahwa ada pertunjukan wayang kulit Banjar di halaman Kantor Bupati Kotim.



Pos terkait