Sebagai informasi, pada 2024, angka kasus stunting di Kotim berjumlah 1.943 yang tersebar di 17 kecamatan. Jika merujuk pada data survei kesehatan Indonesia tahun 2023 prevalensi stunting di Kotim sebesar 35,5 persen.
”Upaya penurunan angka stunting ini kami lakukan dengan dua metode, yaitu dengan melakukan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Survei secara nasional ini dilakukan untuk mengetahui status gizi balita di Indonesia, termasuk prevalensi stunting,” ujarnya. Metode kedua menggunakan data riil di lapangan melalui pengukuran berat dan tinggi badan bayi ke dalam e-PPGBM (e-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat). Aplikasi ini digunakan untuk mengumpulkan data status gizi anak dan ibu hamil secara individual.
”Aplikasi ini penting untuk mencegah stunting karena membantu pemantauan status gizi, perencanaan program gizi, dan pengambilan keputusan terkait intervensi gizi,” ujarnya.
Kendati demikian, meski 99,98 persen balita sudah diukur dan ditimbang, berdasarkan survei kesehatan Indonesia tahun 2023 prevalensi stunting di Kotim masih sebesar 35,5 persen.
”Hasil survei prevalensi stunting di Kotim masih kecil diangka 35,5 persen, walaupun hasil pengukuran dan penimbangan di lapangan hampir mencapai 100 persen,” katanya. (***/ign)