Launching 77 Penyair Membaca Pahlawan dilaksanakan secara daring bertepatan dengan Hari pahlawan pada 10 November 2022. Kegiatan yang diinisiasi oleh Octavianus Masheka sebagai ketua umum Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI). Sebagai ketua pelaksana Dyah Nkusumayang dibantu Nur Khofifah (Viefa) sebagai wakil ketua memberikan apresiatif yang besar kepada pada penyair kontributor buku antologi 77 Penyair Membaca Pahlawan, juga merasa bersyukur dengan tim panitia yang bekerja tidak kenal lelah dengan kurasi yang oleh Wardjito Suharso dan Octavianus Masheka, dan panitia lainnya yaitu Elma Susanti dan Mita Katoyo.
Mari kita serap spirit para pahlawan melalui puisi dari 77 penyair dari seluruh Indonesia itu. Mari kita rayakan Hari Pahlawan dalam sastra, di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Lantai 4 Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat.
Sastra kepahlawanan ini digelar oleh Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), yang dipimpin Octavianus Masheka. Ini wujud kongkrit kontribusi para penyair terhadap kepahlawanan nasional. Melalui sajak-sajak dalam 77 Penyair Membaca Pahlawan tersebut, mereka bukan hanya memperkenalkan para pahlawan dari berbagai wilayah tanah air. Tapi, 77 penyair tersebut menyerap makna perjuangan para pahlawan, kemudian menggugah rasa kebangsaan kita melalui puisi.
Octavianus Masheka menyebut, ke-77 penyair tersebut mewakili seluruh provinsi di Indonesia. “Ide dasar 77 Penyair Membaca Pahlawan ini adalah memberi ruang kepada para penyair di seluruh tanah air untuk memperkenalkan para pahlawan di wilayah masing-masing. Karena, masih banyak pahlawan yang berjasa untuk bangsa ini tapi tidak dikenal oleh publik secara luas,” tutur Octavianus Masheka.
Sebagai komunitas sastra, Octavianus Masheka mengungkapkan, TISI terus berupaya melibatkan para penyair di seluruh Indonesia untuk menjadi bagian dari gerakan kesusasteraan secara nasional. Karena, sangat banyak jejak-jejak bangsa yang belum sepenuhnya tampil ke publik luas. Para penyair punya peluang besar untuk menjadi lokomotif narasi kebangsaan, dari generasi ke generasi.