Terancam Hilang, Rotan Jadi Komoditas Perkebunan Rakyat Kian Terabaikan

rotan sampit
TAK KUNJUNG MEMBAIK: Sejumlah warga di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) masih menggantungkan hidupnya pada komoditas rotan, meski harganya tak kunjung membaik.

SAMPIT, radarsampit.com – Komoditas perkebunan yang sebelumnya jadi andalan sebagian masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kian terabaikan.

Rotan yang pernah jadi unggulan, nasibnya nyaris serupa dengan karet yang perlahan kian ditinggalkan. Dinilai tak mendongkrak perekonomian akibat harga yang tak kunjung membaik.

Bacaan Lainnya
Gowes

”Rotan dan karet ini terancam hilang sebagai salah satu komoditi unggulan dari wilayah Kotim. Musababnya, harganya di tingkat petani sudah tidak lagi ideal dengan kebutuhan hidup terkini,” kata Abdul Kadir, anggota DPRD Kotim, Jumat (17/5/2024).

Abdul Kadir menuturkan, fenomena itu tidak luput dari kurangnya perhatian dan pengawalan pemerintah terhadap petani. Padahal, dua komoditas itu merupakan unggulan yang harusnya dipertahankan dan diberdayakan.

”Selama ini petani rotan tidak pernah dibantu melalui pemberdayaan. Setidaknya pupuk atau sejenisnya, supaya mereka bertahan di sektor ini. Tetapi, selama beberapa puluh tahun ini, ditambah dengan harga yang tidak memadai, petani merasa tidak ada keberpihakan pemerintah terkait persoalan itu,” ujarnya.

Baca Juga :  Pembunuhan di Pangkalan Bun Park Bikin Warga Trauma

Harga karet saat ini masih di kisaran Rp800-900 per kilogram dari asalnya sempat menyentuh Rp13 ribu. Begitu pula dengan rotan yang masih di kisaran Rp4.000 per kilogram dari idealnya Rp7.000 per kilogram apabila mengacu kebutuhan hidup dan harga bahan pokok sekarang.

Taufiq, petani rotan di Kecamatan Cempaga menuturkan, selama ini pihaknya bekerja dengan penghasilan pas-pasan. Dalam sehari cukup untuk makan. ”Harganya masih Rp4.000. Ini jauh dari harapan, makanya kerja sehari untuk makan saja. Kalau cari lebihnya susah, karena faktornya di harga yang tidak pernah mengalami kenaikan,” katanya.

Menurutnya, para petani berharap ada calon bupati atau gubernur bisa memiliki program bukan hanya untuk petani kelapa sawit, tetapi karet dan rotan. ”Selama ini pemerintah lebih banyak propetani sawit. Contohnya pengadaan bibit segala macam diberikan. Coba kalau kami, petani rotan, apakah pernah dibantu? Tidak pernah sama sekali,” katanya.



Pos terkait