Sebagian besar kontestan telah mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya untuk mendulang suara selama masa kampanye 75 hari. Itu belum termasuk sosialisasi yang jauh hari telah dilakukan sebelum diputuskan masuk Daftar Calon Tetap (DCT) oleh KPU.
Sengitnya persaingan kian terlihat dengan kabar permainan politik uang yang dijalankan sebagian caleg melalui tim suksesnya. Bahkan, praktik curang itu juga dilakukan di wilayah perkotaan.
Sejumlah warga yang ditemui Radar Sampit, mengaku diimingi sejumlah uang oleh tim sukses caleg. Meski kabar itu kian kencang, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kotim kesulitan membongkarnya, karena tak ada laporan serta barang bukti untuk menjerat pelakunya.
Modal Penting
Sementara itu, Analis politik dari Exposit Strategic Arif Susanto mengatakan, calon pemilih pada kontestasi Pemilu 2024 perlu memiliki tiga modal penting, yaitu bersikap cerdas, menjadi oportunis, dan berpikir kritis.
”Pemilih memiliki kewajiban bukan hanya memastikan bahwa pilihannya tepat, tetapi proses panjang tentang bagaimana menimbang pemimpin, antara lain dipengaruhi rekam jejak, jadi penting bagi pemilih untuk tahu siapa yang akan dipilih,” kata Arif, Jumat.
Dia mengatakan, salah satu modal penting para pemimpin adalah keterkenalan. Namun, keterkenalan tidak menjamin orang-orang memiliki rekam jejak yang bagus dalam aktivisme sosial, sehingga pemilih harus bisa lebih cerdas dalam menentukan pilihan.
Modal kedua yang diperlukan adalah oportunis. Arif menjelaskan, setiap pemilih memiliki preferensi kepentingan, misalnya, kalangan buruh yang memiliki kepentingan peningkatan kesejahteraan bagi buruh.
Karena memiliki preferensi yang berbeda-beda, pemilih harus bersikap oportunis dengan membandingkan tawaran kebijakan tiap calon pemimpin dari kacamata masyarakat luas, bukan sekadar kepentingan sendiri.
”Bayangkan, misalnya, saya menghendaki pemimpin yang pandai menyanyi. Kalau itu saya lakukan, saya akan memilih pemimpin yang pandai menyanyi meskipun dia tidak pandai mengelola negara. Dampaknya, teman-teman di kanan-kiri saya akan menikmati periode yang buruk karena pemimpin yang pandai menyanyi ternyata tidak pandai mengelola negara. Itu yang harus ditimbang,” ujarnya.