Elite Politik Kalteng Ramai-Ramai Loncat Partai, Praktik Buruk Politik Indonesia

Peta politik Kalimantan Tengah menjelang Pemilu 2014 diwarnai sejumlah tokoh dan elite politik yang ramai-ramai loncat partai
Ilustrasi. (M Faisal/Radar Sampit)

Sekretaris DPD Partai Demokrat Kalteng Junaidi menuturkan, banyaknya tokoh dan elite politik partai lain yang bergabung ke Demokrat, sebagai bentuk kecintaan dalam perjuangan untuk rakyat.

”Banyak mantan politikus dari partai lain bergabung. Tak hanya itu, ada juga mantan birokrat dan camat yang mengabdikan dirinya untuk berjuang bersama Partai Demokrat,” tandasnya.

Bacaan Lainnya

Politikus loncat partai merupakan praktik umum yang terjadi dalam peta politik Indonesia. Mengutip pendapat pengamat politik dari Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, seperti dilansir republika.co.id, politikus loncat partai hanya berorientasi pada kekuasaan. Meskipun lazim terjadi dalam perpolitikan Indonesia, bukan berarti perilaku seperti itu bisa dianggap angin lalu. Pasalnya, hal itu menunjukkan lemahnya kaderisasi di tubuh partai politik.

”Kader yang loncat itu merupakan contoh buruk, karena hanya berorientasi pada kekuasaan. Partai yang menerima politikus itu juga memperlihatkan bahwa mereka tidak bisa menghadirkan kader sendiri,” katanya.

Baca Juga :  UCI MTB Eliminator World Cup 2024 Siap Digelar

Menurut dia, fenomena politikus kutu loncat menjadi kabar buruk bagi rekrutmen elite partai politik sekaligus elite nasional. ”Itu artinya, parpol gagal menginjeksi ideologi sehingga parpol hanya dianggap sebagai alat mendapat kekuasaan semata. Bukan dimaknai sebagai instrumen mengabdi pada rakyat dan kebaikan,” katanya.

Alasan berpindah partai, lanjutnya, memang bisa beragam. Namun, menurut Adi, kebanyakan, diakui atau tidak diakui, lebih demi kepentingan pribadi. “Biasanya mereka mencari alasan pembenaran atas manuver yang dilakukan. Tinggal masyarakat yang menilai,” katanya.

Menurut dia, politikus pindah partai lebih disebabkan tidak lagi mendapat posisi strategis di partai lama atau mendapat tawaran posisi yang lebih baik di partai baru. Selain itu, bisa juga untuk mencuri perhatian masyarakat karena namanya telah tenggelam.

Di Indonesia, politikus pindah partai masih menjadi perhatian media massa untuk diberitakan. ”Nama mereka yang sebelumnya tenggelam, seakan mendapatkan momennya kembali saat mereka pindah partai. Tampaknya, manuver pindah partai mereka lakukan sebagai cara mudah untuk mendapatkan perhatian publik,” tuturnya.



Pos terkait