Setelah menempuh perjalanan mengarungi sungai, mereka berhenti di Desa Tumbang Puan. Keduanya melanjutkan perjalanan darat menggunakan travel.
”Sopirnya minimal minta lima orang carter Rp 1 juta sampai Sampit. Hari itu tidak ada yang berangkat, kecuali kami berdua. Mau tidak mau masing-masing kami bayar Rp 500 ribu. Padahal, kalau penumpang penuh, kami hanya dimintai Rp 250 ribu. Tarifnya jadi dua kali lipat. Malam baru sampai Sampit,” ujar Reni.
Reni berharap Pemkab Kotim dapat memperhatikan nasib tenaga kontrak guru yang memang asli putri daerah dan siap mengabdikan diri di pedalaman.
”Kami pasrahkan semua kepada Tuhan. Saya hanya berharap pejabat pemerintah memiliki hati nurani memperhatikan nasib tekon guru yang sudah mengabdi belasan tahun dan mempercayakan kami lagi untuk kembali mengajar. Semoga para guru diberikan keselamatan dan kemudahan mengikuti tes. Kalau evaluasi tahap dua ini saya tidak lulus, ya sudah. Saya minggat mencari pekerjaan lain. Terpaksa meninggalkan murid kami yang tidak tahu akan diajari siapa,” ujarnya.
Perjuangan mengikuti tes evaluasi tahap II juga dialami Jumiati, tekon guru SDN 1 Bukit Makmur, Kecamatan Tualan Hulu. Demi mengirit biaya, dia berangkat mengendarai motor seorang diri dengan waktu tempuh enam jam.
”Perjalanan yang cukup melelahkan. Berangkat jam 11 siang, sampai jam 5 sore. Besok paginya (hari ini) lanjut ikut tes lagi,” ujar Jumiati yang menjadi tenaga kontrak guru sejak tahun 2016 ini.
Jumiati tak memiliki keluarga. Setibanya di Sampit, dia mencari penginapan yang murah. Itu pun biayanya sudah menghabiskan Rp 1 juta. ”Beli bensin, sewa hotel, makan, ya habisnya Rp 1 juta. Kalau bawa keluarga bisa lebih dari itu. Makanya saya memilih berangkat sendiri naik motor supaya irit. Karena sudah tidak bekerja, siapa yang menggaji? Kalau tidak berhemat, anak di rumah tidak bisa makan,” katanya.
Jumiati juga memilih tetap mengajar meskipun namanya dinyatakan tidak lulus tes tahap pertama. ”Kasihan murid saya. Ada seratusan orang. Guru PNS ada dua, guru PPPK, termasuk kepala sekolah. Saya saja yang guru kontrak,” ujarnya.