Pada kesempatan itu Ma’ruf juga menyampaikan, secara alamiah setiap menjelang kontestasi pemilu, temperatur politik akan menghangat. Untuk Pilpres saja, sebentaragi masuk masa kampanye. Dia mengatakan sebagai dinamika demokrasi dan masih dalam koridor hukum, tensi politik yang menghangat itu sah-sah saja.
Dia menegaskan perbedaan preferensi politik menjadi hal yang wajar. Perbedaan politik harus disikapi secara matang dan dewasa. Jangan sampai agenda politik lima tahunan itu memecah belah bangsa Indonesia.
“Saya berpendapat ada tiga isu krusial dalam Pemilu 2024 yang mesti dihindari,” katanya. Karena akan menghambat proses peningkatan kualitas dan pendewasaan demokrasi di Indonesia. Ketiganya adalah penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan disinformasi seputar pemilu. Kemudian soal politik identitas dan politik uang.
Untuk mencegahnya, perlu pengawasan yang lebih ketat. Karena biasanya ketika menjelang pemilu, selalu muncul isu-isu tadi. Mulai ujaran kebencian, berita bohong, dan lainnya. Ma’ruf berpesan para pengawas pemilu harus jeli. Serta harus tegas dan harus betul-betul berani melakukan penindakan terhadap pelanggaran. Jika tidak ada tindakan tegas, bisa menimbulkan ketidakpercayaan di masyarakat.
Dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Jubir TKN Prabowo-Gibran Herzaky Mahendra berharap usai penetapan dan pengundian nomor urut situasi politik kian kondusif. Caranya dengan menghindari penyebaran fitnah antar paslon.
Sebab selain tidak produktif untuk kampanye politik, TKN menganggap fitnah dan drama dalam politik hanya akan membuat masyarakat lelah. “Dan dalam jangka waktu panjang bisa merusak cara kita berpolitik, berbangsa, dan bernegara,” ujarnya.
Herzaky mengaku memahami bahwa setiap tim paslon memiliki persoalan masing-masing. Namun menurutnya, hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan menyebar tuduhan tak berdasar. “Pak Prabowo Gibran begitu banyak diserang kenapa Pak Prabowo dan Tim Kampanye tidak membalas. Jawabannya adalah ini adalah budaya yang ingin kita bangun,” jelasnya.