NANGA BULIK, radarsampit.com – Dinas Sosial Kabupaten Lamandau mengirim dua orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kalawa Atei di Palangka Raya, Rabu (16/4). Keduanya diharapkan mendapatkan perawatan yang tepat dan bisa pulih kembali.
ODGJ tersebut, yakni pria berinisial Ju, warga RT 1 Nanga Bulik dan wanita berinisial HY, warga RT 10 Nanga Bulik.
”Setelah menerima laporan kasus ODGJ, kami berkoordinasi dengan Bupati yang merekomendasikan untuk mengirim dua orang ODGJ tersebut berobat ke RSJ Kalawa Atei,” ujar Syarifudin Zuhri, Kepala Dinas Sosial Lamandau.
Dia memastikan pengobatan ODGJ tersebut gratis. Keduanya telah didaftarkan pemerintah untuk dicover BPJS Kesehatan. Diharapkan setelah mendapatkan perawatan intensif, keduanya bisa sembuh dan kembali ke masyarakat.
Pria yang akrab dipanggil Iput ini menjelaskan, awalnya ada laporan masyarakat terkait adanya pengrusakan di Gereja Katolik Nanga Bulik pada 10 April. Setelah diamankan di Polsek Bulik, ternyata pelakunya ODGJ.
”Setelah dilaporkan ke Dinas Sosial, kami melakukan penelusuran, ternyata pelakunya adalah eks pasien ODGJ yang pernah kami rujuk ke RSJ Kalawa Atei Palangka Raya setahun lalu. Kami sudah menghubungi pihak keluarganya, tetapi keluarganya sudah tidak mau tanggung jawab lagi. Jadi, wajar saja kalau dia kambuh lagi,” katanya.
Pihaknya kemudian mengambil langkah persuasif dan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kalteng untuk penanganannya. Hal itu dilakukan karena ODGJ itu dinilai sudah meresahkan masyarakat.
”Biasanya kami merujuk pasien ODGJ harus didampingi oleh keluarganya, namun untuk yang kali ini dapat dikategorikan sebagai ODGJ terlantar yang mendesak untuk ditangani,” katanya.
Lebih lanjut dia menambahkan, pihaknya juga mendapatkan rujukan satu pasien ODGJ lain, seorang wanita yang mengamuk di rumahnya. Pihak keluarga tidak mampu menangani. Namun, ada pihak keluarga yang kooperatif siap mendampingi saat pengiriman ke RSJ.
”Sebenarnya pasien yang sudah direhab di RSJ bisa sembuh kalau keluarganya teratur memberikan obat. Karena seumur hidup mereka tidak bisa lepas dari obat,” ujarnya.