Masjid Nurul Iman Al Juhari Berharap segera Dirikan Pondok Pesantren

Jelajah Masjid di Kota Sampit selama Ramadan (18)

Masjid Nurul Iman Al Juhari
Masjid Nurul Iman Al Juhari

Pembangunan Masjid Nurul Iman Al Juhari terbilang cepat. Selama kurang lebih setahun, masjid yang awalnya bernama Masjid Nur ini diresmikan Didik Salmijardi, Bupati Kotim Periode 1994-1999.

HENY, Sampit | radarsampit.com

Bacaan Lainnya
Gowes

Masjid Nurul Iman Al Juhari menjadi masjid terakhir dari sembilan masjid yang dibangun oleh almarhum Haji Muhammad Sabil, pendiri Masjid Jami Noor Agung yang berlokasi di Jalan Pemuda.

Di atas tanah seluas 2.000 meter persegi milik almarhum Haji Juhari, masjid ini mulanya dinamakan Masjid Nur. Namun, karena kemurahan hati almarhum Haji Juhari mendirikan masjid di atas tanahnya, berubah nama menjadi Masjid Nurul Iman Al Juhari.

”Status tanah hingga sekarang masih milik ahli waris atas nama Suparman, belum diwakafkan untuk masjid. Sehingga masih ada hak ahli waris di atas tanah ini,” kata Haji Mulyadi, pengurus Masjid Nurul Iman Al Juhari, Kamis (4/4/2024).

masjid
TARAWIH: Jemaah melaksanakan salat sunnah tarawih di Masjid Nurul Iman Al Juhari, Jalan Tidar 4, Rabu (3/4/2024). (HENY/RADARSAMPIT)

Mulyadi yang menjadi saksi sejarah pendirian Masjid Nurul Iman Al Juhari mengatakan, semasa almarhum Juhari masih hidup, memberikan tanah kepada anak-anaknya yang disertai amanat.

Baca Juga :  Masjid Baabul Jannah, Beri Pilihan Jemaah Bisa Ikuti Salat 11 Rakaat atau Bertahan 23 Rakaat

Di atas tanah masjid seluas dua hektare itu, ada 10 sertifikat dengan nama pemilik yang berbeda yang dibuat tahun 1984. Dua sertifikat masing-masing berukuran 10 x 200 di sisi selatan atas nama Juhari, sertifikat sisi utara masjid atas nama istri Juhari, sertifikat sisi sebelah selatan hingga utara termasuk di atas bangunan masjid atas nama Yanto, anak Juhari, dan empat sertifikat lainnya disisi sebelah utara masjid atas nama Tayyib dan anak Juhari lainnya.

”Tiga sertifikat tanah sebelah utara masjid itu untuk anak Juhari, sisi barat depan masjid itu rencananya untuk makam keluarga, sisi selatan rumah pribadi untuk anaknya Juhari yang perempuan yang sudah dibangun beserta tempat pengajian anak (bersebelahan dengan tempat wudhu yang sekarang, Red) yang dibangun sebelum masjid berdiri dan sisi sebelah timur atau di belakang masjid rencananya akan dibangun pesantren,” kata Mulyadi, pemilik tanah sekaligus Pengelola Pasar Tidar.



Pos terkait