“CFD adalah kesempatan yang sangat baik untuk memperkenalkan produk saya. Tidak hanya bisa langsung menjual, saya juga bisa berinteraksi dengan pelanggan dan mengetahui lebih banyak tentang kebutuhan mereka. Alhamdulillah, banyak yang kembali lagi karena merasa puas dengan produk kami. Kalau Ramadan seperti sekarang, lokasi CFD jadi Pasar Radaman, saya buka lapak di sana setiap sore,” kata istri Eko Prasetyo ini.
Keberhasilan Miya juga tak lepas dari modal usaha yang didapatnya dari BRI. Kucuran kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 80 juta pada Agustus 2024 lalu dimanfaatkan untuk memperbesar produksi jamu maupun makanan ringan.
”Saya dapat KUR Rp80 juta dengan tenor tiga tahun, angsuran Rp2,4 juta per bulan. Bunganya ringan, hanya enam persen per tahun,” ujar wanita yang tinggal di Perumahan Fajar Indah Sampit ini.
Dengan KUR BRI, usaha Kreasi Miko bisa terus berkembang. Tidak hanya di CFD Taman Kota Sampit, tetapi juga ke pasar yang lebih luas. Dari modal yang dimiliki saat ini, dia berencana untuk memperkenalkan lebih banyak varian minuman herbal dan kue basah, serta menjaga kualitas bahan baku yang digunakan agar tetap alami dan berkualitas.
”Saat ini, penjualan khusus jamu saja bisa mencapai 1.200 botol per bulan, dengan harga di kisaran Rp 13 ribu sampai Rp 15 ribu per botol. Omset belasan juta dari jamu saja, belum termasuk kue tradisional,” ujarnya.
Dalam bertransaksi, Miya juga menerima pembayaran non-tunai menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Penggunaan metode pembayaran ini semakin diminati, karena mudah dan praktis. ”Dengan QRIS, tidak repot ngasih uang kembalian. Kita juga tidak perlu khawatir dapat uang palsu. Catatan transaksi juga lebih rapi,” ujarnya.
Dengan kemampuan memanfaatkan peluang usaha serta pinjaman modal berupa KUR dari BRI, Miya membuktikan bahwa usaha kecil bisa berkembang pesat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, seraya memperkenalkan warisan budaya tradisional dalam bentuk minuman herbal dan makanan khas daerah.